PENELITIAN DOSEN

ABSTRACT

 

IMPLEMENTASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MUHAMMADIYAH 8 WEDI KLATEN TAHUN AJARAN 2007/2008

 

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa SMP Muhammadiyah 8 wedi Klaten kelas VII dengan jumlah populasi 128 siswa, penulis mengambil sampel dari kelas VII A dengan jumlah siswa 38 anak. Penulis menggunakan random sampling yaitu pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu.

 

Jenis Data :

1.      Data primer :

a.       Data mengenai pelaksanaan pelajaran agama Islam.

b.      Data mengenai hasil implementasi teori multiple intelligences

c.       Data mengenai peningkatan minat belajar siswa di SMP Muhammadiyah 8 Wedi Klaten.

2.      Data sekunder, data yang mendukung dalam penelitian ini, yang meliputi gambaran umum SMP Muhammadiyah 8 Wedi Klaten :

a.       Letak geografis, b. Sejarah berdirinya, c. Struktur organisasi siswa, d. Keadaan guru dan karyawan.

 

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.      Upaya untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap materi pelajaran agama Islam dapat dilakukan dengan memahami karakteristik siswa dari aspek perkembangan psikologis dan intelektual. Dengan adanya pemahaman tersebut, dapat diciptakan berbagai strategi pembelajaran yang menfasilitasi keanekaragaman karakteristik siswa dengan berbagai variasi metode pembelajaran dan variasi kondisi tempat belajar. Implementasi teori multiple intelligensi dalam kelas menjadikan guru sebagai fasilitator bagi siswa karena guru memahami bahwasannya setiap siswa memiliki karakteristik intelligensi yang berbeda. Dari perbedaan karakteristik ini melahirkan gaya belajar yang berbeda pula. Peran guru sebagai fasilitator dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami pelajaran PAI sesuai dengan gaya belajar yang beraneka ragam tersebut sangat penting diterapkan dengan menggunakan strategi pengajaran Multiple Intelligensi dengan berbagai tehnik dan metode yang menyenangkan. Strategi pengajaran tersebut adalah strategi pengajaran linguistik, strategi pengajaran matematis-logis, strategi pengajaran audio visual, strategi pengajaran kinestetis-jasmani, strategi pengajaran musikal, strategi pengajaran interpersonal, strategi pengajaran intrapersonal, dan strategi pengajaran naturalis dimana dalam pelaksanaannya guru berkreasi dengan berbagai metode.

 

 

2.      Dengan implementasi teori Multiple Intelligences dapat meningkatkan minat belajar siswa, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pada indikator aktivitas minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran meliputi :

a.       Siswa aktif bertanya pada teman atau guru pada siklus I sebesar 21 %, siklus II sebesar 44,7 %, dan siklus III sebesar 77,5 %.

b.      Siswa aktif menjawab pertanyaan guru pada siklus I sebesar 21 %, siklus II sebesar 35,5 %, dan siklus III sebesar 38,1 %.

c.       Siswa aktif mencatat penjelasan guru pada siklus I sebesar 15,7 %, siklus II sebesar 27,6 %, dan siklus III sebesar 46 %.

d.      Siswa aktif menyimak buku pelajaran pada siklus I sebesar 26,3 %, siklus II sebesar 68,3 %, dan siklus III sebesar 100 %.

e.       Siswa aktif bersedia menerima tugas pada siklus I sebesar 36,8 %, siklus II sebesar 75 %, dan siklus III sebesar 100 %.

f.       Siswa aktif mengkomunikasikan hasil pekerjaan pada siklus I sebesar 27,6 %, siklus II sebesar 65,7 %, dan siklus III sebesar 89,5 %.

g.      Siswa aktif berdiskusi dengan teman pada siklus I sebesar 39,4 %, siklus II sebesar 77,5 %, dan siklus III sebesar 92,1 %.

h.      Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru pada siklus I sebesar 39,5 %, siklus II sebesar 68,3 %, dan siklus III sebesar 94,7 %.

i.        Siswa beraktivitas negatif penurunan pada siklus I sebesar 39,4 %, siklus II sebesar 9,1 %, dan siklus III tidak ada sama sekali (0 %).

 

 

 

 

 

 

 

A.    Latar Belakang Masalah

            Pada ahli pendidikan muslim sangat memperhatikan persoalan metode pengajaran dan menganggapnya sebagai hal strategis bagi keberhasilan proses pembelajaran. Salah satu bukti perhatian besar mereka terdapat pada kritik yang dilontarkan oleh Ibnu Khaldun terhadap metode pembelajaran yang digunakan pada masanya. Ibnu Khaldun berpendapat :

“Para guru dalam proses pembelajaran awal kali mengajarkan materi-materi sulit dan mengharuskan murid-muridnya untuk memecahkannya, mereka beranggapan bahwa hal demikian merupakan hal positif dalam bagi pembelajaran. Selain itu mereka memadukannya dengan ragam disiplin lain yang kompleks, sementara murid-murid belum siap mencernanya. Padahal kesiapan dan kemampuan mencerna itu berkembang gradual. Murid pada awalnya hanya mampu memahami sebagian saja melalui analogi dan contoh yang kongkrit, lalu kesiapan dan kemampuan mencerna berkembang sedikit demi sedikit seiring dengan pengulangan-pengulangan”.[1]

 

Pendidikan merupakan suatu proses yang sekaligus bermuara pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pendidikan merupakan suatu yang ideal dan dirumuskan sebelum proses pendidikan dilakukan. Idealisasi tujuan pendidikan tersebut seperti tergambar dalam rumusan Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) yang tercantum dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, BAB II pasal 3 sebagai berikut :

“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab”.

 

Pendidikan Agama Islam sebagaimana dijelaskan dalam tujuan pendidikan nasional mencita-citakan terbentuknya insan kamil atau muslim paripurna, yang akan mencerminkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu atau dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Pendekatan pembelajaran haruslah tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana, artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi pelajaran yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Adapun pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para guru antara lain pendekatan konsep dan proses, pendekatan deduktif dan induktif, pendekatan ekspositori dan heuristik, pendekatan kecerdasan ganda (Multiple Intelligences), serta pendekatan kontekstual.[2] Meskipun hasil penelitian Howard Gardner tentang Multiple Intelligences sudah banyak dipublikasikan, diterapkan dalam pendidikan di berbagai negara, buku Gardner maupun Amstrong tentang masalah yang sama diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, tetapi lembaga pendidikan Indonesia belum banyak menerapkan untuk mengakomodasi keberagaman kecerdasan yang dimiliki siswa.

Menurut Amstrong, sebagai guru mengetahui kondisi baik secara fisik dan psikologis sangat penting sebagai modal untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Menurut suasana belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan memberikan metode belajar yang menyenangkan siswa, akan menimbulkan rasa keingintahuan yang lebih besar pada diri siswa untuk belajar.[3] Ada beberapa hal yang mungkin saja menjadi penyebabnya, (1) kegiatan belajar yang memang tidak diarahkan untuk mengaktualisasikan kecerdasan tersebut, (2) kekurang pahaman dan kekurang cermatan para guru dalam menangkap setiap aktivitas yang ada pada anak, (3) sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Hal ini mungkin terjadi pada pemunculan kecerdasan natural yang cenderung mengamati alam. Siswa sering terhalang keinginannya untuk observasi secara langsung di alam terbuka.

Pendidikan Agama Islam tidak hanya bersifat mengajar, dalam arti menyampaikan ilmu pengetahuan tentang agama Islam kepada anak didik melainkan melakukan pembinaan mental spiritual yang sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan agama dalam arti yang luas dapat disamakan dengan pembinaan pribadi yang dalam pelaksanaannya tidak hanya bisa terjadi melalui pelajaran yang diberikan dengan sengaja saja tetapi melainkan menyangkut pengalaman yang dilalui anak sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan dan berlaku untuk semua lingkungan hidup anak, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

Pelajaran Agama Islam dianggap sebagai pelajaran yang dianggap ringan oleh siswa dan membosankan karena materinya hanya berupa hafalan yang cukup sulit, sebagian besar isi materi berupa ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist yang mungkin asing dan rumit untuk dihafal anak karena menggunakan bahasa Arab, sehingga menyebabkan pelajaran agama Islam “dianaktirikan” di sekolah-sekolah. Padahal jika dilihat lebih dalam, pelajaran agama Islam merupakan pelajaran yang penuh makna dan menyenangkan, karena dalam belajar agama Islam kita diajak untuk menjelajahi kehidupan Rasulullah dengan banyak keteladanan beliau, tentang akhlak yang apabila dipahami maka mampu menjadikan siswa berkelakuan baik dan akan berdampak bagi kehidupan siswa di kemudian hari. Pelajaran agama Islam pada hakekatnya bukan merupakan pelajaran hafalan, namun pelajaran yang membutuhkan pemahaman dan “imajinasi” yang tinggi yang mampu menjadikan siswa berakhlakul karimah. Salah satu penyebab pelajaran agama Islam dianggap sebagai pelajaran yang membosankan yaitu metode yang digunakan belum tepat.

Di SMP Muhammadiyah 8 Wedi Klaten hasil observasi yang dilakukan dalam rangka need assesment (mencari data) kondisi pembelajaran agama Islam mendapatkan beberapa temuan yang teridentifikasi adalah : (1) tentang minat belajar agama Islam kelas VII A SMP Muhammadiyah 8 Wedi Klaten melalui metode wawancara dan observasi diperoleh hasil bahwa siswa merasa monoton denga metode pembelajaran agama Islam sehingga keinginan untuk belajar rendah, (2) kurang perhatian siswa terhadap isi materi pelajaran agama Islam yang disampaikan guru. Hal ini terlihat adanya anggapan mata pelajaran agama Islam merupakan pelajaran menghafal yang dianggap ringan, sehingga menambah kemalasan siswa untuk mencoba memahami Islam, (3) dari hasil maping intelegensi siswa dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas VII A memiliki intelegensi yang sangat bervariasi. Adanya variasi intelegensi ini mengharuskan guru untuk berupaya menvariasi juga metode pembelajaran. Sehingga diharapkan metode ini dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran agama Islam.

Guru masih menjadi pusat perhatian siswa di kelas. Sehingga kondisi pembelajaran hanya sebagai transfer informasi dari guru ke siswa. Metode pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk berdiskusi, curah gagasan, ekspresi karya sebagai implementasi pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan juga belum pernah dilakukan.

Kondisi di atas dipengaruhi oleh faktor guru dan faktor siswa. Faktor guru adalah guru belum menyadari bahwa setiap siswa memiliki intelegensi yang berbeda. Setiap intelegensi tersebut menginginkan gaya belajar yang sesuai dengan karakteristik intelegensinya masing-masing. Misalnya seorang siswa yang mempunyai intelegensi natural/alam lebih senang dan cepat menguasai materi apabila sistem pengajaran menggunakan media alam. Dari hal tersebut di atas karena minimnya guru dalam pengetahuan tersebut maka terkesan metode yang digunakan adalah metode tradisional seperti ceramah, menyimak buku pelajaran dan membaca. Dari metode ini dapat dilihat bahwa hanya menfasilitasi satu intelegensi saja. Maka dari itu tidak heran jika siswa tidak berminat karena pembelajaran tidak menarik bagi siswa dan sudah biasa. Faktor siswa sendiri terkadang mereka tidak menyadari bahwa dalam setiap diri manusia memiliki potensi kecerdasan. Dan dari potensi kecerdasan inilah sebagai modal untuk kelanjutan hidupnya. Namun dengan sistem pendidikan yang masih belum bisa menfasilitasi keberagaman potensi tersebut maka siswa larut mengikuti sistem yang ada, yaitu belajar untuk memperoleh nilai dan prestasi tetapi tidak belajar untuk meningkatkan minat dalam belajar.

Maka dari itu perlu ditindaklanjuti dengan mengimplementasikan teori Multiple Intellegences pada mata pelajaran agama Islam dan diharapkan menjadi pelajaran yang menyenangkan sehingga prestasi belajar meningkat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudu “Implementasi Teori Multiple Intelligences Untuk Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Wedi Klaten Tahun Ajaran 2007/2008”.

 

 

 

B.     Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan dalam penelitian ini adalah :

1.      Bagaimana proses implementasi teori Multiple Intelligences untuk meningkatkan minat belajar pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 8 Wedu Klaten?

2.      Bagaimana hasil dari implementasi teori Multiple Intelligences dalam meningkatkan minat belajar agama Islam pada siswa SMP?

 

C.    Metode Penelitian

1.      Metode Penentuan Subjek

Metode penentuan subjek yaitu metode untuk menentukan populasi sebagai tempat diperolehnya data. Adapun yang dimaksud dengan populasi adalah semua pihak yang seharusnya menjadi subjek penelitian.[4] Dalam penelitian ini pihak yang menjadi sasaran penelitian adalah siswa SMP Muhammadiyah 8 Wedi, Klaten kelas VII dengan jumlah populasi 128 siswa, penulis mengambil sampel dari kelas VII A dengan jumlah siswa 38 anak. Penulis menggunakan teknik random sampling yaitu pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu.[5]

2.      Jenis Data

a.       Data Primer

1)      Data mengenai pelaksanaan pelajaran agama Islam.

2)      Data mengenai hasil implementasi teori multiple intelligences.

3)      Data mengenai peningkatan minat belajar siswa di SMP Muhammadiyah 8 Wedi, Klaten.

b.      Data Sekunder; data yang mendukung dalam penelitian ini, yang meliputi gambaran umum SMP Muhammadiyah 8 Wedi, Klaten.

1)      Letak geografis

2)      Sejarah berdirinya

3)      Struktur organisasi siswa

4)      Keadaan guru dan karyawan

3.      Metode Pengumpulan Data

Secara umum, dalam suatu penelitian ada dua kategori atau jenis cara pengumpulan data. Pertama, jenis data kualitatif, dimana dengan data ini diharapkan dapat diperoleh keterangan-keterangan yang mendalam dan mendetail mengenai objek yang diteliti. Kedua, jenis data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau bilangan. Data ini bertujuan untuk memperjelas dan mempertajam data yang bersifat kualitatif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

A.    Teori Multiple Intelligences

1.      Pengertian Multiple Intelligences

            Teori intelegensi ganda (multiple intelligences) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai teori kecerdasan majemuk ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Ia menuliskan gagasannya tentang intelegensi ganda dalam bukunya Frames of Mind pada tahun 1983. Penelitian Gardner (1993) selama lima belas tahun menunjukkan setiap manusia memiliki berbagai cara untuk menjadi cerdas. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mengembangkan berbagai macam ketrampilan penting untuk cara hidupnya. Baik itu seorang pedagang, pelaut, penari, olahragawan, dokter, guru dan lain-lain. Setiap orang akan menggunakan caranya masing-masing untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kemampuan dirinya untuk menciptakan produk-produk tertentu. Semua peran yang ada pada semua manusia diperhitungkan dalam mendefinisikan kata intelegensi. Gardner (1993) mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan produk yang berharga dalam lingkungan budaya dan masyarakat. Peran yang dilakukan pada lingkungan masyarakat dan budaya tertentu akan memberikan pengaruh bagaimana seseorang memecahkan masalah dan menciptakan produk tertentu.[6] Teori ini kemudian berkembang luas terutama dalam bidang pendidikan.

2.      Macam Intelegensi

            Berbagai faktor yang menggambarkan intelegensi manusia dari berbagai lingkungan masyarakat dianalisis untuk memberi gambaran yang lebih mendalam tentang intelegensi. Berdasar hasil analisis tersebut Gardner (1993) menemukan ada tujuh bentuk intelegensi yang mampu menggambarkan keanekaragaman bentuk intelegensi manusia. Ketujuh intelegensi tersebut adalah : 1) intelegensi linguistik, 2) intelegensi matematik-logika, 3) intelegensi spasial, 4) intelegensi kinestetik-jasmani, 5) intelegensi musikal, 6) intelegensi interpersonal, 7) intelegensi intrapersonal. Dalam perkembangannya kemudian Gardner menambahkan bentuk intelegensi baru yang dikenal dengan intelegensi natural. Delapan bentuk intelegensi yang didefinisikan oleh Gardner (1993), dijelaskan kembali oleh Amstrong (2002-2003) sebagai berikut :

a.       Intelegensi verbal/bahasa (verbal linguistic intelligence)

Merupakan kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya : pendongeng, orator, atau politisi) maupun tertulis (misalnya : wartawan, sastrawan, penulis drama, editor). Intelegensi ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi, atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan praktis bahasa.

Anak dengan intelegensi bahasa yang menonjol biasanya senang membaca, pandai bercerita, senang menulis cerita atau puisi, senang belajar bahasa Asing, mempunyai perbendaharaan kata yang baik, pandai mengeja, suka menulis surat atau e-mail, senang membicarakan ide-ide dengan teman-temannya, memiliki kemampuan kuat dalam mengingat nama atau fakta, menikmati permainan kata (utak-utik kata, plesetan atau pantun, teka-teki silang, atau bolak-balik kata) dan senang membaca tentang ide-ide yang menarik minatnya. Intelegensi dalam bidang ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berfikirnya.

b.      Intelegensi Matematis-Logis

Merupakan kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya : ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar (misalnya ; sebagai ilmuwan, pemrograman komputer, atau ahli logika).

Intelegensi ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan, dan dalil (jika-maka, sebab-akibat) fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam intelegensi matematis-logis antara lain : kategorisasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan dan pengujian hipotesis.

Seseorang dengan logical-matematical intellegence yang tinggi biasanya memiliki ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah mengerjakan matematika dalam benaknya, suka memecahkan misteri, senang menghitung, suka menerka jumlah, mudah mengingat angka-angka serta skor-skor (skor sepak bola, skor games, tingginya gedung, dan lain-lain), menikmati permainan yang menggunakan strategi seperti catur atau game strategi, memperhatikan antara perbuatan dan akibatnya (yang dikenal dengan sebab akibat), senang menghabiskan waktu dengan mengerjakan kuis asah otah atau teka-teki logika.

c.       Intelegensi Visual Spasial

Merupakan kemampuan mempersepsi duani spasial-visual secara akurat (misalnya : sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misalnya : dekorator interior, arsitek, seniman, atau penemu).

Intelegensi ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsur tersebut. Intelegensi ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide seara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial.

Seorang anak yang memiliki intelegensi visual spasial ini dalam menggunakan gambar biasanya lebih mengingat wajah ketimbang nama, suka menggambarkan ide-idenya atau membuat sketsa untuk membantunya menyelesaikan masalah, berpikir dalam bentuk gambar-gambar serta mudah melihat berbagai objek dalam benaknya, dia juga senang membangun atau mendirikan sesuatu, senang dengan bongkar pasang, senang bekerja dengan bahan-bahan seni seperti kertas, cat, spidol, atau crayon, senang menonton film, atau video, senang bermain video games, memperhatikan gaya berpakaian, gaya rambut, model mobil, motor, atau hal sehari-hari lainnya, senang membaca atau menggambar peta hanya untuk bersenang-senang (bukan karena profesi), senang melihat-lihat foto-foto, gambar-gambar serta membicarakannya, senang melihat pola-pola dunia sekelilingnya, senang mencoret-coret, menggambar segala sesuatu dengan sangat detail dan realistis, mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya dalam bentuk gambar-gambar, belajar dengan mengamati orang-orang yang sedang mengerjakan banyak hal, senang memecahkan teka-teki visual/gambar serta ilusi optik, dan suka membangun model-model atau segala hal dalam tiga dimensi. Anak dengan intelegensi visual biasanya kaya dengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan imajinatif.

d.      Intelegensi Kinestetis-Jasmani

Merupakan kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan (misalnya : sebagai aktor, pemain pantomin, atlit, atau penari) dan ketrampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya : sebagai pengrajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah).

Intelegensi ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, ketrampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal yang berkaitan dengan sentuhan.

Anak yang memiliki intelegensi kinestetis jasmani dalam memahami tubuh cenderung suka bergerak dan aktif, mudah dan cepat mempelajari ketrampilan-ketrampilan fisik serta suka bergerak sambil berfikir, mereka juga senang berakting, senang meniru gerak-gerik atau ekspresi teman-temannya, senang berolah raga, atau berprestasi dalam bidang olah raga tertentu, serta terampil membuat kerajinan atau membangun model-model, luwes dalam menari, berjoget atau berdansa, senang menggunakan gerakan-gerakan untuk membantunya mengingat berbagai hal, mempunyai koordinasi serta kesadaran yang baik terhadap tempo dan senang beristirahat dan lebih biasanya lebih mengandalkan kekuatan otot-ototnya.

e.       Intelegensi Musikal

Merupakan kemampuan mengenai bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (misalnya sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya sebagai kritikus musik), mengubah (misalnya sebagai komposer), dan mengekspresikan (misalnya sebagai penyanyi).

Intelegensi ini meliputi kepekaan pada irama, pola titinada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. Seorang anak yang memiliki intelegensi musik biasanya senang bernyanyi, senang mendengarkan musik, mampu memainkan instrument musik, mampu membaca not balok/angka, mudah mengingat melodi atau nada, mudah mengenali banyak lagu yang berbeda-beda, mampu mendengar perbedaan antara instrumen yang berbeda-beda yang dimainkan bersama-sama, suka bersenandung, bernyanyi sambil berpikir atau mengerjakan tugas, mudah menangkap irama dalam suara-suara sekelilingnya, senang membuat suara-suara musikal dengan tubuhnya (bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan jari, atau menghentakkan kaki), senang mengarang/menulis lagu-lagu dan mudah mengingat fakta-fakta dengan mengarang lagu untuk fakta-fakta tersebut.

f.       Intelegensi Interpersonal

Merupakan kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Intelegensi ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak, isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya : mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu).

Jika seseorang memiliki intelegensi dalam memahami sesama biasanya ia suka mengamati sesama, mudah berteman suka menawarkan bantuan ketika seseorang membutuhkan, menikmati kegiatan-kegiatan kelompok serta percakapan yang hangat dan menyenangkan, senang membantu sesama yang sedang bertikai agar berdamai, percaya diri ketika bertemu dengan orang baru, suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan teman-temannya, mudah menerka bagaimana perasaan sesamanya hanya dengan mengamati mereka, mengetahui bagaimana cara membuat sesamanya bersemangat untuk bekerjasama atau bagaimana agar mereka mau terlibat dalam hal-hal yang diminatinya, lebih suka bekerja dan belajar bersama ketimbang sendirian, senang meyakinkan orang tentang sudut pandangnya terhadap sesuatu, mementingkan soal keadilan serta benar-salah dan senang bersukarela untuk menolong sesama. Anak yang memiliki intelegensi interpersonal biasanya disukai teman-temannya karena ia mempunyai empati yang besar terhadap teman-temannya.

g.      Intelegensi Intrapersonal

Merupakan kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Intelegensi ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri.

Seorang anak yang memiliki intelegensi dalam memahami diri sendiri biasanya lebih suka bekerja sendirian daripada bersama-sama, suka menetapkan serta meraih sasaran-sasarannya sendiri, menjunjung kepercayaannya sendiri meskipun kepercayaannya itu tidak popular. Ia tidak terlalu mengkhawatirkan apa kata orang dibanding dengan kebanyakan orang lainnya. Ia juga mengetahui bagaimana perasaanya dan mengapa demikian dan sering kali ia menghabiskan waktu hanya untuk merenungkan dalam-dalam tentang hal-hal yang penting bagi dirinya. Anak dengan intelegensi intrapersonal biasanya sadar betul akan bidang yang menjadi kemahirannya dan bidang dimana dia tidak terlalu mahir. Ia senang membuat catatan harian atau membuat jurnal harian, senang menuliskan ide-idenya, kenangan-kenangannya, perasaannya, sejarah pribadinya. Anak seperti ini biasanya sadar betul akan siapa dirinya dan ia sangat senang memikirkan masa depan dan cita-citanya di suatu hari nanti.

h.      Intelegensi Naturalis

Merupakan kemampuan mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungan sekitar. Intelegensi ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya (misalnya formasi awan dan gunung-gunung) dan bagi mereka yang dibesarkan di lingkungan perkotaan, kemampuan membedakan benda tak hidup seperti mobil, sepatu karet, dan sampul kaset CD.

Seseorang yang memiliki intelegensi dalam memahami alam biasanya suka binatang, pandai bercocok tanam, dan merawat kebun/ taman di rumah atau lingkungannya, peduli tentang alam serta lingkungan, senang ke taman, kebun binatang, atau menikmati keindahan aquarium. Selain itu ia juga senang berkemah atau mendaki gunung di alam bebas, senang memperhatikan alam dimanapun berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan acara-acara yang berbeda-beda, senang memelihara binatang. Mempunyai ingatan yang kuat tentang detail tempat-tempat yang pernah ia kunjungi serta nama-nama hewan, tanaman, orang, dan berbagai hal lainnya, banyak bertanya tentang orang, tempat, dan hal yang dia lihat di lingkungan atau di alam sehingga dia bisa lebih memahaminya. Ia mampu memahami serta mengurus dirinya sendiri.[7]

 

 

Secara ringkasnya berbagai macam intelegensi dapat dirangkum pada tabel yang disajikan di bawah ini :

Tabel 1. Indikator Alat Ukur Multiple Intelligences

Multiple Intelligences

Arti

Indikator

Linguistik Kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan a.   Berkomunikasi secara lisan

b.   Diskusi dan berdebat

c.   Bermain game bahasa

d.  Pemahaman bacaan

e.   Mudah mengingat informasi baik berupa kutipan, ucapan, syair

f.    Tidak mudah salah tulis/eja

g.   Pandai membuat lelucon

h.   Tata bahasanya tepat

i.     Kaya kosa kata

j.     Membuat tulisan/karangan

Logis-Matematis Kecerdasan ini melibatkan ketrampilan mengolah angka/ kemahiran menggunakan logika atau akal sehat a.   Menghitung

b.   Menemukan fungsi-fungsi, hubungan sebab akibat

c.   Kategorisasi, klasifikasi

d.  Memprediksi

e.   Bereksperimen

f.    Berpikir induksi dan deduksi

g.   Membuat langkah-langkah

h.   Bermain permainan yang memerlukan strategi

i.     Belajar aljabar, aritmatika, statistik

Visual-Spasial Kemampuan untuk menvisualisasikan gambar didalam bentuk dua atau tiga dimensi a.   Membuat hiasan/dekorasi

b.   Membayangkan denah/peta

c.   Koordinasi warna

d.  Membuat bentuk tiga dimensi

e.   Menggambar

f.    Membayangkan bentuk/pola tiga dimensi

g.   Pandai navigasi/arah

h.   Melukis/sketsa

i.     Bermain game, ruang

Musikal Kemampuan menciptakan dan mengekspresikan irama/lagu a.   Mengapresiasikan sesuatu dalam lagu/musik

b.   Mengarang melodi/ritmik

c.   Menyanyi

d.  Bernyanyi kecil, bersiul

e.   Mudah mengenal nada dan irama

 

f.    Melakukan kegiatan dengan iringan musik/lagu

g.   Memainkan alat musik

Kinestetik-Jasmani Kemampuan menggunakan gerakan tubuh dan anggota badan untuk mengekspresikan ide, pikiran, perasaan dan ketrampilan a.   Mengekspresikan perasaan/ pikiran dengan mimik/gaya tertentu

b.   Olahraga

c.   Menari

d.  Membuat ketrampilan tangan

e.   Koordinasi tubuh

f.    Daya tahan tubuh

g.   Merawat badan

h.   Pandai menggunakan bahasa tubuh

Intrapersonal Berdasarkan kemampuan untuk mengenali dan memahami diri a.  Memahami diri

b.  Mengontrol perasaan

c.  Instropeksi

d. Mengetahui dan mengelola minat dan perasaan

e.  Mengetahui kekuatan dan kelemahan diri

f.   Memotivasi diri

g.  Mempunyai tujuan diri yang realistis

Interpersonal Kemampuan untuk mempersepsi, membedakan suasana hati, kehendak, motivasi dan perasaan orang lain a.  Pandai berinteraksi/bergaul

b.  Empati

c.  Kerjasama

d. Memimpin dan mengorganisasikan kelompok

e.  Menghormati pendapat dan hak orang lain

f.   Asertif

Naturalis Kemampuan untuk mengenali dan memelihara hewan, tumbuhan dan alam sekitar a.   Memelihara tumbuhan

b.   Memelihara hewan

c.   Mengidentifikasi flora dan fauna

d.  Mengamati alam

e.   Meramal cuaca

f.    Menjaga lingkungan

 

3.      Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences

Teori kecerdasan majemuk memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan strategi pengajaran inovatif yang relatif baru di dunia pendidikan. Meskipun demikian teori  kecerdasan majemuk menegaskan bahwa tidak ada rangkaian strategi pengajaran yang dapat secara efektif untuk semua siswa. Setiap siswa memiliki kecerdasan tertentu pada kedelapan kecerdasan. Oleh karena itu suatu strategi mungkin akan gagal jika diterapkan pada sekelompok siswa yang lain.

Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk strategi pengajaran berbasis Multiple Intelligences yang dapat diterapkan di sekolah oleh Thomas Amstrong.[8]

a.       Strategi pengajaran untuk kecerdasan linguistik, diantaranya: (1) bercerita, (2) curah gagasan, (3) merekam dengan radio tape, (4) menulis jurnal, (5) publikasi.

b.      Strategi pengajaran untuk kecerdasan matematis-logis, diantaranya: (1) kalkulasi dan kuantifikasi, (2) klasifikasi dan kategorisasi, (3) penalaran ilmiah.

c.       Strategi pengajaran untuk kecerdasan visual spasial, diantaranya : (1) visualisasi, (2) metafora gambar, (3) sketsa gagasan, (4) simbol grafis.

d.      Strategi pengajaran untuk kecerdasan kinestetik, diantaranya : (1) respon tubuh, (2) teater kelas, (3) hands on thingking, (4) peta tubuh.

e.       Strategi pengajaran untuk kecerdasan musik, diantaranya : (1) irama, lagu, senandung, (2) diskografi, (3) musik supermemori, (4) konsep musikal dan musik suasana.

f.       Strategi pengajaran untuk kecerdasan interpersonal, diantaranya : (1) berbagai rasa dengan teman sekelas, (2) kerja kelompok, (3) simulasi.

g.      Strategi pengajaran untuk kecerdasan intrapersonal, diantaranya : (1) sesi refleksi satu menit dan sesi perumusan tujuan, (2) hubungan materi pelajaran dan pengalaman pribadi, (3) momentum mengekspresikan perasaan.

h.      Strategi pengajaran untuk kecerdasan naturalis, diantaranya : (1) melihat keluar jendela dan variasi tempat belajar, (2) tanaman sebagai dekorasi, (3) membawa hewan ke kelas.

Model pengajaran seperti ini biasanya bersifat tematis. Tema-tema yang menembus batasan-batasan kurikulum tradisional akan merangkaikan mata pelajaran dengan kecakapan-kecakapan yang dapat ditemukan secara alamiah dalam kehidupan nyata dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan kecerdasan majemuk mereka secara praktis.

Aspek kunci kurikulum di sini dan kini adalah bahwa hal ini segera dianggap relevan dan bermakna oleh siswa, selain itu kurikulum ini bertujuan mengajarkan kepada generasi muda kita, dunia mereka dan kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam menyikapi dunia beserta segala sesuatu yang ada di dalamnya sehingga mempersiapkan diri mereka untuk hidup di dunia (masa depan) yang berubah cepat.

 

Di bawah ini adalah contoh strategi pengajaran kecerdasan majemuk :

Matematis-Logis

Bagaimana saya dapat menyertakan angka, perhitungan logis, klasifikasi atau kemampuan berpikir kritis?

Linguistik

Bagaimana saya  dapat menggunakan bahasa lisan dan tertulis?

Spasial

Bagaimana saya menggunakan alat Bantu visual, visualisasi, warna, seni, atau metafora?

Naturalis

Bagaimana saya dapat menyertakan makhluk hidup, fenomena alam, atau kesadaran ekologis?

Intrapersonal

Bagaimana saya dapat membangkitkan perasaan atau kenangan pribadi atau memberikan pilihan kepada siswa?

Interpersonal

Bagaimana saya dapat melibatkan siswa dalam proses berbagi rasa antar teman, belajar kelompok, simulasi kelompok?

Musikal

Bagaimana saya dapat menyertakan musik, atau bunyi-bunyian di sekitar atau menyusun poin-poin kunci dalam kerangka melodi atau berirama?

Kinestetis Jasmani

Bagaimana saya dapat melibatkan seluruh tubuh atau menggunakan pengalaman yang melibatkan seluruh tubuh atau menggunakan pengalaman yang melibatkan stimulasi gerak/partisipasi aktif?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Strategi Pengajaran Kecerdasan Majemuk[9]

4.      Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Dunia Pendidikan

Teori multiple intelligences banyak dikaji penerapannya dalam bidang pendidikan. Teori ini memberi manfaat yang sangat besar baik bagi siswa maupun guru atau pendidik. Pengetahuan tentang multiple intelligences pada siswa membantu untuk mengoptimalkan pemahaman akan profil intelegensi yang dimiliki siswa. Siswa dapat memahami bahwa ia memiliki serangkaian kelebihan dan kekurangan pada kemampuannya. Pemahaman ini akan mengantarkan siswa untuk mengembangkan serangkaian kelebihan yang dimiliki secara optimal dan mengantisipasi berbagai kelemahannya. Dengan demikian tujuan siswa untuk mengembangkan bakar maupun minatnya untuk mencapai sasaran profesi tertentu akan semakin terarah.

Bagi guru atau pihak sekolah, pengetahuan akan teori ini dapat mengembangkan sikap dalam menfasilitasi siswa dengan tepat. Guru juga dapat mengembangkan materi pelajaran yang sesuai dengan kecenderungan bentuk intelegensi siswa. Kondisi demikian akan membantu pencapaian tujuan sekolah untuk meningkatkan intelegensi siswa dan mengantarkannya untuk mencapai sasaran profesi dan mengembangkan hobi yang cocok yang sesuai dengan jenis intelegensinya masing-masing.

Terutama bagi siswa SMP, pemahaman akan kecenderungan bentuk intelegensi pada diri siswa dapat membantu memahami potensi yang dimiliki. Potensi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk memilih jurusan yang diminati di sekolahnya serta dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Dengan demikian siswa akan lebih bersemangat dalam belajar apabila yang dipelajari adalah sesuatu yang sesuai dengan minatnya.

Dalam penelitian dan percobaannya, Gardner menemukan setelah banyak guru mengubah model mengajar mereka, banyak siswa merasa dibantu dalam menekuni pelajaran. Dalam banyak pengalaman, guru sendiri merasa dikembangkan karena ternyata mereka dapat berubah dan menggunakan banyak model pembelajaran. Secara umum dampak kecerdasan majemuk bagi guru adalah sebagai berikut :

a.       Guru perlu mengerti intelegensi siswa mereka

b.      Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai intelegensi, bukan hanya dengan intelegensi yang menonjol pada dirinya.

c.       Guru perlu mengajar sesuai dengan intelegensi siswa, bukan dengan intelegensi guru yang tidak cocok dengan intelegensi siswa.

d.      Dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu mempergunakan berbagai model yang cocok dengan intelegensi ganda.

 

B.     Teori Minat

1.      Pengertian Minat

            Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar karena minat menjadi pendorong dalam melaksanakan setiap aktivitas. Menurut Elliot, minat merupakan karakteristik yang bersifat menetap, terlihat dari hubungan antara seseorang dengan aktivitas atau objek tertentu bila dibandingkan dengan minat, rasa ingin tahu lebih tidak mampu bertahan lama. Minat terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan, kapasitas dan ketrampilan siswa merupakan pasangan yang baik dan cocok dengan tersedianya aktivitas tertentu.

Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap suatu objek dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut tentang objek tertentu dengan pengertian adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif terhadap obyek tersebut.[10] Minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan pemusatan atau konsentrasi dan menimbulkan kegembiraan dalam belajar sehingga akan meningkatkan prestasi belajar.[11] Semestinya pengajaran memberikan peluang yang lebih besar bagi perkembangan minat siswa, karena minat merupakan tenaga penggerak bagi proses belajar. Seorang siswa yang mempunyai minat yang kuat terhadap suatu pelajaran akan mempelajari sungguh-sungguh dan mengerahkan tenaga, pikiran, serta waktu tanpa adanya paksaan dari orang lain.[12]

Walaupun istilah bakat dan minat sering digunakan berjalan beriring, namun perlu diketahui apa yang membedakannya. Dapat dicermati beberapa pengertian di bawah ini :

a.       Minat (interest)

1)      Sesuatu yang mendorong keingintahuan seseorang untuk memahami sesuatu (Grunlund, 1983).

2)      Suatu keadaan yang mendorong keingintahuan seseorang karena adanya ketertarikan, sehingga membuat individu sering terlibat dengan keadaan tersebut (Haladyna dan Downing, 1989).

3)      Suatu hal yang mendorong seseorang sering melakukan sesuatu. Dalam hal ini berhubungan dengan frekuensi seseorang melakukan sesuatu (Surentu, 2006).

4)      Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu. Minat timbul tidak secara spontan/tiba-tiba melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa soal minat akan selalu terkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin belajar.

Berdasarkan pengertian di atas terlihat bahwa minat mirip dan berhubungan dengan rasa ingin tahu. Oleh karena itu tugas-tugas siswa yang diupayakan lebih menarik merupakan satu upaya yang menyediakan kesempatan untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhannya, “menantang” ketrampilan yang mereka punya atas bentuk perhatian terhadap perkembangan serta menunjukkan bahwa kapasitas berlatih adalah penting bagi mereka. Dengan demikian siswa yang mempunyai minat menunjukkan suatu aktivitas atau dalam lingkup pendidikan memprediksikan seberapa besar mereka akan memberi perhatian (terhadap aktivitas tersebut) dan seberapa baik mereka berproses, memahami dan mengingatnya.

Berdasar uraian pengertian beberapa ahli tersebut di atas, maka yang dimaksud minat siswa terhadap mata pelajaran agama Islam adalah gejala psikis yang menunjukkan kekuatan sebagai pendorong siswa untuk memusatkan perhatian dalam rangka mempelajari, mengetahui, memahami dan lebih baik lagi yaitu mengamalkan materi pelajaran agama Islam dengan disertai perasaan senang.

2.      Faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar diri siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa secara umum dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :

a.       Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa)

Faktor ini dibagi menjadi dua aspek yaitu : (a) aspek fisiologis yang terdiri dari kondisi umum jasmani, dan (b) aspek psikologis, yang terdiri dari intelegensi, sikap, bakat, dan motivasi.

b.      Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa)

Faktor ini dibagi menjadi dua aspek yaitu : (a) aspek lingkungan sosial yang terdiri dari keluarga, teman, dan masyarakat, (b) aspek lingkungan non sosial yang terdiri dari rumah, sekolah, peralatan dan alam sekitar.

c.       Faktor Pendekatan Belajar

Yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi metode yang digunakan siswa untuk mempelajari materi-materi pelajaran.[13]

 

3.      Fungsi Minat

Minat belajar siswa mempunyai arti yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Minat siswa yang tinggi dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Fungsi minat diantaranya :

a.       Melahirkan perhatian yang serta merta

b.      Memudahkan terciptanya konsentrasi

c.       Mencegah gangguan perhatian dari luar

d.      Memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

e.       Memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri.[14]

4.      Indikator Minat

Minat merupakan pernyataan psikis yang belum dapat diamati secara langsung, yang dapat diamati adalah dinamikanya atau manifestasinya dalam perbuatan atau tingkah laku seseorang. Menurut Effendi T. dan Joko Santosa, minat seseorang akan ditunjukkan oleh tindakan-tindakan berikut :

a.       Orang tersebut akan berusaha mendapatkan informasi yang lengkap

b.      Orang tersebut akan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada

c.       Orang tersebut akan berusaha mendekati

d.      Orang tersebut akan berusaha memperhatikan.[15]

Berdasar hal tersebut di atas jelas bahwa minat dapat dimanivestasikan melalui partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan. Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap materi pelajaran tertentu akan cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar, sebaliknya siswa yang memiliki minat yang rendah akan cenderung tidak memperhatikan. Minat siswa yang tinggi atau rendah tersebut diamati pada aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

Diedrich menggolongkan aktivitas belajar siswa sebagai berikut :

a.       Visual activities, misalnya : membaca, memperhatikan gambar, percobaan, demonstrasi.

b.      Oral activities, misalnya : menyatakan, merumuskan, bertanya, berpendapat dan berdiskusi.

c.       Listening activities, misalnya : mendengarkan.

d.      Writing activities, misalnya : menulis laporan, menyalin.

e.       Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik.

f.       Motor activities, misalnya : melaksanakan percobaan, bermain, membuat konstruksi.

g.      Mental activities, misalnya : mengingat, memecahkan soal.

h.      Emotional activities, misalnya : gembira, bosan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka aktivitas siswa dapat digolongkan  menjadi 2 (dua), yaitu :

a.       Aktivitas positif, misalnya : bertanya, berpendapat, mencatat penjelasan guru, menyimak buku pelajaran, menjawab pertanyaan guru, diskusi tentang materi yang diajarkan dan lain-lain.

b.      Aktivitas negatif, misalnya : mengantuk, melamun, berbicara dengan teman, bermain-main, acuh tak acuh dan lain-lain.

Beberapa alternatif dapat dilakukan untuk menimbulkan minat seseorang terhadap suatu objek atau kegiatan tertentu, maka pihak sekolah khususnya guru agama Islam perlu melakukan terobosan-terobosan baru untuk membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran agama Islam, salah satunya dengan penggunaan alat peraga dari lingkungan seikitar.

Teknik-teknik dalam kelas untuk menfasilitasi rasa ingin tahu dapat menstimulasi motivasi belajar siswa, tapi pembedaan perlu dibuat antara mengetahui minat siswa dengan meningkatkan minatnya tersebut. Strategi yang berorientasi pada rasa ingin tahu secara penting dapat mendapatkan atau menimbulkan minat. Mempertahankan minat siswa adalah sebuah proses perkembangan jangka lama. Untuk mengetahui perkembangan minat siswa dapat diketahui dari aktivitas siswa, diantaranya :

a.       Bertanya pada teman/guru

b.      Menjawab pertanyaan guru

c.       Mencatat penjelasan guru

d.      Menyimak buku pelajaran

e.       Bersedia menerima tugas

f.       Mengkomunikasikan hasil pekerjaan

g.      Berdiskusi dengan teman

h.      Memperhatikan penjelasan guru

i.        Aktivitas negatif.[16]

Dengan kondisi pelajaran agama Islam yang cenderung didominasi dengan menghafal sesuatu yang terkadang belum pernah dilihat oleh siswa, menjadikan siswa beranggapan bahwa pelajaran agama Islam adalah pelajaran menghafal yang membosankan. Hal ini juga didukung dengan metode pengajaran guru yang kurang variatif sehingga siswa sekedar mengikuti arus pelajaran tanpa memaknainya dan tujuan akhir adalah berupa nilai bagus. Hal ini terlihat pada keseriusan siswa hanya ketika akan menghadapi tes ulangan saja. Untuk itu timbul keyakinan pada diri siswa bahwa kecerdasan diukur melalui nilai akhir saja. Untuk itu guru perlu menfasilitasi keberagaman kecerdasan siswa dengan memperhatikan starting point karakteristik siswa SMP. Sehingga diharapkan pelajaran agama Islam sangatlah mudah dan menyenangkan untuk dipelajari, siswa timbul rasa percaya diri untuk meningkakan prestasi. Dari kesemuanya itu diharapkan semua aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dapat terstimulasi dengan optimal dan berdampak pada peningkatan minat belajar agama Islam.

 

C.    Hakekat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1.      Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas atau karekteristik tertentu yang dapat membedakannya dengan mata pelajaran yang lain. Begitu juga halnya dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Adapun karakteristik mata pelajaran PAI di SMP adalah sebagai berikut :

a.       PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga PAI tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam.

b.      Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan untuk pengembangan moral dan kepribadian peserta didik. Semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI.

c.       Diberikannya mata pelajaran PAI, khususnya di SMP bertujuan untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur (berakhlak yang mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam. Terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk mempelajari berbagai ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran yang lain.

d.      PAI adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik agar menguasai berbagai kajian ke-Islaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik mampu menguasai kajiak ke-Islaman tersebut sekaligus dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian PAI tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif dan psikomotoriknya.

e.       Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah/Al-Hadist Nabi Muhammad SAW (dalili naqli). Dengan melalui metode ijtihad (dalil aqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dari bentuk fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.

f.       Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam yaitu Aqidah, Syariah dan Akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman. Syariah merupakan penjabaran dari konsep Islam, syariah ini memiliki dua dimensi kajian pokok yaitu ibadah dan muamalah. Dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian ke-Islaman (ilmu-ilmu agama) seperti Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari syariah, dan Ilmu Akhlak (moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP.

g.      Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMP adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur). Tujuan ini yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW di dunia. Dengan demikian pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah jiwa Pendidikan Agama Islam (PAI). Akhlak yang karimah (mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Hal ini bukan berarti bahwa pendidikan Islam tidak memperhatikan pendidikan jasmani, akal, ilmu, ataupun segi praktis lainnya, tetapi maksudnya adalah bahwa pendidikan agama Islam memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga segi-segi lainnya. Peserta didik membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani, akal dan ilmu, tetapi juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepekaan. Sejalan dengan konsep ini maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung muatan pendidikan akhlak dan guru pun haruslah memperhatikan akhlak atau tingkah laku peserta didiknya.

h.      PAI merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap peserta didik terutama yang beragama Islam atau bagi yang beragama lain yang didasarkan pada kesadaran yang tulus untuk mengikutinya.[17]

Itulah gambaran tentang karakteristik Pendidikan Agama Islam (PAI) pada umumnya dan mata pelajaran PAI di SMP pada khususnya yang dapat dikembangkan oleh para guru dengan variasi-variasi tertentu selama tidak menyimpang dari karakteristiknya.

2.      Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

            Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan mengalami pengalaman. Menurut pengerti ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.[18]

Setiap pengalaman belajar siswa haruslah mengarah dan berfokus pada tiga tujuan pengajaran yaitu : aspek kognitif (pengetahuan dan kemampuan), aspek afektif (sifat, sikap, dan minat), serta aspek psikomotorik yang berkaitan erat dengan ketrampilan.[19]

Tiap-tiap sekolah kaya akan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber belajar dapat membawa siswa ke lingkungan alam sekitar yang ada di luar kelas atau membawa bahan pembelajaran dari alam sekitar ke dalam kelas sehingga siswa dapat mengamati, menyelidiki, dan mempelajari bahan pembelajaran secara langsung, artinya dalam keadaan yang sesungguhnya di lingkungan hidup sekitar anak.[20] Proses pembelajaran meliputi kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai pada evaluasi dan tindak lanjut.[21]

a.       Perencanaan

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dikerjakan bersama siswa sehubungan dengan materi yang akan dipelajari. Program pembelajaran dituangkan dalam sebuah rencana pembelajaran yang terdiri dari :

1)      Kegiatan utama pembelajaran yaitu sebuah pernyataan siswa yang terdiri dari kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar.

2)      Tujuan umum pembelajaran.

3)      Media pembelajaran.

4)      Skenario tahap demi tahap kegiatan siswa.

5)      Cara melakukan authentic assesment yaitu dengan data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

b.      Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

Menurut Sagala, pelaksanaan kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1)      Tahap pra pembelajaran

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru atau oleh siswa pada tahapan ini :

a)      Guru menanyakan kehadiran siswa

b)      Bertanya pada siswa sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya.

c)      Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

d)     Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang pelajaran yang belum dikuasainya pada pertemuan sebelumnya.

e)      Mengulang kembali pelajaran sebelumnya secara singkat mencakup semua aspek yang telah dibahas sebelumnya.

2)      Tahap pembelajaran

Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut :

a)      Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.

b)      Menuliskan materi pokok yang akan dibahas.

c)      Menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari.

d)     Memberikan contoh-contoh yang kongkret pada setiap materi yang dibahasnya.

e)      Menggunakan metode mengajar yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa dan menggunakan metode mengajar yang bervariasi.

f)       Menggunakan media (alat peraga) sesuai dengan materi dan pemanfaatan media dari berbagai sumber di lingkungan sekitar siswa.

g)      Mengelola kelas dengan baik yaitu mengatur ruang kelas menciptakan iklim belajar yang serasi.

h)      Melakukan interaksi dengan siswa dan sebaliknya.

 

3)      Tahap evaluasi dan tindak lanjut

Tujuan tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

a)      Menyimpulkan hasil pembahasan dari materi yang telah dipelajari pada hari itu dan melakukan refleksi tentang apa yang dipelajari pada hari itu.

b)      Mengajukan pernyataan kepada siswa tentang materi yang telah dibahas.

c)      Memberikan tugas rumah tentang yang berhubungan dengan materi yang telah dibahas.

d)     Memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pelajaran berikutnya.

e)      Melakukan evaluasi pada saat pembelajaran berlangsung dengan melihat aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

f)       Tindak lanjut dilakukan dengan melakukan perbaikan atau pengayaan materi pelajaran.

 

3.      Pengertian Pendidikan Agama Islam

            Pengertian pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan kata lain pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak, dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa.[22]

Pengertian Agama Islam berasal dari kata Islam yang artinya sistem keselamatan, ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan. Jelasnya, agama Islam merupakan satu-satunya sistem atau tata kehidupan yang pasti bisa membuat manusia menjadi damai, selamat dan sejahtera untuk selama-lamanya, karena hidupnya berserah diri kepada penciptanya.[23] Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber hukum dan sumber rujukan bagi agama Islam banyak ditemui perkataan Islam didalamnya, antara lain dalam surat Ali-Imran : 19,

 

 

 

Artinya   :  “Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam”.[24]

Dan juga dalam surat Al-An’am : 125,

 

 

Artinya   :  “Maka barang siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam”.[25]

Pengertian pendidikan agama Islam tidak hanya bersifat mengajar, dalam arti menyampaikan ilmu pengetahuan tentang agama Islam terhadap anak didik, melainkan melakukan pembinaan mental spiritual yang sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan agama Islam dalam arti luas yang dapat disamakan dengan pembinaan pribadi, yang dalam pelaksanaannya tidak hanya bisa terjadi melalui pelajaran yang diberikan dengan sengaja saja, melainkan menyangkut semua pengalaman yang dilalui anak sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan dan berlaku untuk semua lingkungan hidup anak, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.[26]

4.      Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar pendidikan agama Islam adalah :

a.       Al-Qur’an

Yaitu kitab yang merupakan sumber kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya bagi umat Islam. Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ayat-ayat yang mendorong untuk mempelajari dan menguasai ilmu pengetahuan, antara lain terdapat dalam surat Al-Mujadalah : 11,

 

Artinya   :  “…..Allah akan mengangkat derajat orang beriman dan berilmu pengetahuan di antara kamu beberapa derajat….”.[27]

 

 

b.      Hadist

Yaitu sunnah Rasulullah yang merupakan perilaku ajaran-ajaran Rasulullah sebagai pelaksana hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Al-Hadist merupakan sumber hukum yang kedua, yang didalamnya dapat kita temukan beberapa hadist yang mendorong manusia untuk giat mempelajari ilmu pengetahuan. Diantaranya adalah :

مَنْ أَرَادَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَاْلأَ خِرَةَ فَعَلَيْهِ بِلْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِلْعِلْمِ. (رواه أحمد)

Artinya   :  “Barang siapa ingin hidup di dunia dengan baik (sejahtera) hendaknya ia berilmu, dan barang siapa yang ingin meraih kebahagiaan di akhirat hendaknya ia berilmu, dan barang siapa yang ingin meraih keduanya (dunia akhirat) juga dengan ilmu”. (HR. Imam Ahmad)[28]

 

c.       Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) BAB II Pasal 2 dan pasal 3, sebagai berikut :

1)      Pasal 2

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.[29]

2)      Pasal 3

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[30]

 

D.    Karakteristik Siswa SMP

1.      Tugas Perkembangan

Sebelum memulai suatu proses pembelajaran, guru perlu mengetahui karakteristik dari siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran yang akan disampaikan. Karakteristik siswa yang perlu diketahui salah satunya adalah tingkat perkembangan kognisi siswa. Menurut Piaget, ada empat faktor yang mempengaruhi tahap perkembangan anak, yaitu : a) kematangan, b) pengalaman fisi/lingkungan, c) transisi sosial, d) equilibrium/self regulation.[31]

Pada stadium operasional formal ini, cara berpikir mereka tidak terikat, dapat berpikir abstrak, sudah terlepas dari tempat dan waktu. Namun bagi mereka yang mempunyai taraf IQ di bawah normal dan di lingkungan kebudayaan yang relatif rendah tarafnya, menurut penelitian tidak dapat berpikir secara abstrak. Bahkan bagi mereka yang taraf IQ-nya normal dipengaruhi budaya yang tidak merangsang budaya, berpikirnya juga tidak akan mencapai berpikir abstrak yang optimal. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sri Rumini, bahwa remaja ini memiliki karakteristik yang tercermin dalam tingkah lakunya.[32]

Dalam tahap perkembangannya, siswa SMP berada pada tahap periode perkembangan yang sangat pesat dari segala aspek. Berikut ini dijelaskan bahwa perkembangan sangat erat kaitannya dengan pembelajaran yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

a.       Perkembangan Aspek Kognitif

Periode yang dimulai pada usia 11 tahun yaitu yang hampir sama dengan usia siswa SMP merupakan periode of formal operation. Pada masa ini yang berkembang pada siswa adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan memahami sesuatu secara bermakna tanpa memerlukan olah pikir yang kongkrit atau bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pembelajaran PAI bahwa belajar akan bermakna jika ada input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat siswa. Pembelajaran ini akan berhasil kalau guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik siswa sehingga motivasi belajar siswa berapa pada tingkat maksimal.

Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993) (Bab I). Di antara ke tujuh macam kecerdasan tersebut sesuai dengan karakteristik keilmuwan PAI akan dapat berkembang pesat dan bila dapat dimanfaatkan oleh guru PAI untuk berlatih mengeksplorasikan kejadian/peristiwa guna membangun konsep PAI.

b.      Perkembangan Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain :

1)      Tahap Kognitif

Tahap ini ditandai adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini tentunya karena siswa masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakan. Dia harus berfikir sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini siswa sering membuat kesalahan dan kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.

 

2)      Tahap Asosiatif

Pada tahap ini, seorang siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor. Oleh karena itu gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis. Pada tahap ini seorang siswa masih menggunakan pikirannya untuk melakukan sesuatu gerakan tetapi waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih sedikit dibanding dengan waktu dia berada pada tahap kognitif. Dan karena waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih pendek, gerakan-gerakannya sudah mulai tidak kaku.

3)      Tahap Otonomi

Pada tahap ini seorang siswa telah mencapai tingkat otonomi tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap ini gerakan-gerakan telah dilakukan secara spontan dan oleh karenanya gerakan-gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajar untuk berpikir tentang gerakannya. Pada masa usia SMP tahap perkembangan psikomotor ini pada umumnya sudah dicapai dan untuk selanjutnya dikembangkan.

Pertumbuhan fisik terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan atau dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan dengan lawan jenis. Pada usia SMP (remaja awal) perkembangan emosi siswa menunjukkan sifat yang reaktif sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial emosional bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah atau mudah sedih). Karena itu mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebayanya.

Dalam hubungan persahabatan anak remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut interest, sikap, nilai, maupun kepribadian. Pada masa ini berkembang sikap conformity yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebisaan, kegemaran (hobi), keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi dirinya. Jika temannya menampilkan sikap dan perilaku yang agamis seperti taat beribadah, berakhlak mulia dan aktif dalam kegiatan sosial, maka kemungkinan besar remaja tersebut juga berpenampilan baik seperti temannya. Sebaliknya jika temannya berpenampilan tidak baik, iapun akan seperti temannya tersebut.

Di sinilah peran PAI dan guru PAI dalam rangka mengantarkan anak untuk melatih perkembangan emosinya dengan baik sehingga ia memiliki sikap dan perilaku yang religius seperti yang dikemukakan di atas. Materi PAI diharapkan dapat menjadi pemahaman dan pengalaman (perilaku) keagamaan siswa, sehingga ketika memasuki masa mukallaf (baligh/dewasa) anak sudah siap dan tidak lagi mulai belajar menapaki tetapi sudah memasukinya dengan bekal pemahaman dan perilaku keagamaan yang baik.

c.       Perkembangan Aspek Afektif

Perkembangan aspek afektif anak pada usia SMP tidak berbeda dengan perkembangannya pada aspek psikomotornya. Kedua aspek ini terkait erat sehingga perkembangannya selalu seiring sejalan. Sikap dan perilaku teman (terutama teman sebaya) dan lingkungan masyarakatnya  sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku anak.

Perkembangan aspek afektif anak juga terkait erat dengan perkembangan kepribadian anak. Fase remaja merupakan saat paling penting bagi perkembangan dan integritas kepribadian. Masa remaja juga merupakan saat berkembangnya identitas (jati diri). Perkembangan identitas masa remaja berkaitan erat dengan komitmennya terhadap okupasi (pekerjaan, jabatan, kesibukan) masa depan, peran-peran masa dewasa dan sistem keyakinan pribadi.

Pada masa remaja terjadi jasmani yang cepat sehingga memungkinkan terjadinya goncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Bahkan keyakinan agama yang telah tumbuh sebelumnya. Mungkin pula mengalami kegoncangan kepercayaan kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi karang-kadang menjadi berkurang yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptis (was-was) sehingga muncul keengganan dan kemalasan untuk melakukan berbagai kegiatan ritual (seperti shalat) yang selama ini dilakukannya dengan penuh kepatuhan.[33]

2.      Remaja Dalam Proses Pembelajaran

Karena siswa usia remaja ini masih dalam proses penyempurnaan penalaran, kita hendaknya tidak mempunyai anggapan bahwa mereka berfikir dengan cara yang sama dengan kita.

Untuk itu proses pengajaran dan pengelompokan siswa perlu dilakukan pendekatan-pendekatan yang dapat membuat remaja menjadi “jinak”, sehingga mempermudah remaja belajar dan menyerap materi yang diajarkan. Kondisi tersebut diantaranya :

a.       Belajar pada kelompok remaja akan dapat dipermudah bila guru dapat mengupayakan adanya keseimbangan antara pembatasan dan otoritas dengan pemberian kebebasan, yaitu pemeliharaan disiplin yang seimbang dengan pengembangan kreativitas.

b.      Belajar dapat dipermudah bila dalam proses belajar mengajar remaja diperlakukan sebagai individu berharga, dimana suaranya didengar oleh guru, pilihannya diperhitungkan dan sebagainya.

c.       Belajar akan lebih efektif bila remaja tahu bahwa dirinya dikenal, diakui keberadaannya, diterima oleh kelompok dan kehadirannya cukup punya arti bagi lingkungannya.

d.      Belajar akan memperoleh hasil maksimal apabila setiap guru dapat memahami kebedaraan siswa sebagai remaja dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki sehingga remaja merasa “aman” dalam proses pembelajaran di kelas.

e.       Pengembangan “self confidence” sangat membantu motivasi siswa dalam belajar. Suasana belajar akan lebih bersemangat bila angka-angka untuk penentuan posisi remaja dalam kelompok diminimalkan.

Berdasar pada hal tersebut di atas, maka dalam proses pembelajaran guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang dapat merangsang siswa untuk berpikir abstrak dan kritis secara optimal.

Berpikir abstrak dalam arti berpikir berkaitan dengan hal-hal yang tidak tampak atau kejadian yang tidak langsung dihayati. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang variatif sehingga dapat menfasilitasi berbagai kecerdasan belajar siswa. Salah satu strategi dapat ditempuh dengan cara menggunakan alat peraga dari lingkungan sekitar yang sudah dikenal siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam hal ini guru menggunakan alat peraga sederhana yang ada di lingkungan sekitar untuk menjelaskan suatu konsep tertentu. Misalnya dalam menjelaskan materi tentang jual beli (muamalah) guru tidak harus mengajak ke pasar, tetapi guru cukup memberi contoh dengan market day. Jadi guru menunjukkan tentang hukum jual beli dengan kegiatan yang sederhana kepada siswa untuk merangsang siswa agar dapat berpikir secara abstrak.

 

 

BAB III

ANALISIS DATA

 

A.    Sajian dan Analisis Data

1.      Proses Implementasi Teori Multiple Intelligences untuk Meningkatkan Minat Belajar PAI

            Di SMP Muhammadiyah 8 Wedi Klaten hasil observasi yang dilakukan dalam rangka need assesment (mencari data) kondisi pembelajaran agama Islam mendapatkan beberapa temuan yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :

Pertama, dari hasil observasi tentang minat belajar agama Islam kelas VII A SMP Muhammadiyah 8 Wedi Klaten melalui metode wawancara dan observasi diperoleh hasil bahwa siswa merasa monoton dengan metode pembelajaran agama Islam sehingga keinginan untuk belajar rendah.

            Kedua, kurang perhatian siswa terhadap isi materi pelajaran agama Islam yang disampaikan guru. Hal ini terlihat adanya anggapan mata pelajaran agama Islam merupakan pelajaran menghafal yang dianggap ringan, sehingga menambah kemalasan siswa untuk mencoba memahami Islam.

            Ketiga, adanya keterbatasan media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran PAI, sehingga siswa merasa kejenuhan dalam mengikuti proses pembelajaran.

            Keempat, belum optimal guru dalam memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang dapat menambah minat belajar siswa seperti fasilitas audio visual, yaitu alat komputer dan juga lingkungan sekitar yang dapat dijadikan laboratorium alam.

            Kelima, dari hasil maping intelegensi siswa dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas VII A memiliki intelegensi yang sangat bervariasi. Adanya variasi intelegensi ini mengharuskan guru untuk berupaya menvariasi juga metode pembelajaran. Sehingga diharapkan metode ini dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran agama Islam.

            Penelitian ini berlangsung dalam tiga siklus. Siklus pertama terdiri dari dua pertemuan, siklus kedua terdiri dari dua pertemuan, dan siklus ketiga terdiri dari dua pertemuan. Siklus pertama membahas tentang Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 1-5 dan An-Nisa ayat 120. Siklus kedua membahas tentang Tarikh dan Akhlak. Siklus ketiga adalah evaluasi materi, berupa kegiatan games dan pentas kreativitas. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.[34]

1.      Siklus I

a.       Perencanaan pertemuan 1

1)      Kompetensi Dasar

Membaca, mengartikan, dan menyalin QS. Al-Baqarah : 1-5 tentang iman dan taqwa.

2)      Materi Pokok

QS. Al-Baqarah : 1-5

3)      Media

Kitab suci Al-Qur’an dan terjemahannya.

b.      Perencanaan Pertemuan 2

1)      Kompetensi Dasar

Mendiskusikan isi/kandungan surat Al-Baqarah : 1-5

2)      Materi Pokok

QS. Al-Baqarah : 1-5

3)      Media

Kitab suci Al-Qur’an dan terjemahannya.

c.       Pelaksanaan Tindakan siklus I

1)      Pertemuan 1

Pendahuluan (10 menit)

a)      Guru masuk kelas, memberi salam dan mengingatkan sedikit tentang materi minggu lalu.

b)      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan isi/kandungan surat Al-Baqarah ayat 1-5 sesuai kelompoknya masing-masing.

Kegiatan inti (30 menit)

a)      (15 menit) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas secara berkelompok.

b)      Guru memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Setiap kelompok presentasi diselingi langsung dengan pendapat ataupun pertanyaan yang diajukan oleh siswa.

Penutup (5 menit)

a)      Guru memberikan diskripsi apa yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya.

b)      Guru memberikan rambu-rambu materi yang harus dipelajari sebagai persiapan pertemuan selanjutnya.

d.      Hasil Observasi

1)   Pertemuan pertama

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 16 Mei 2008. Guru menyajikan materi sesuai dengan rencana pembelajaran. Guru memberi salam kepada siswa dan mananyakan apakah ada yang tidak mengikuti pelajaran dikarenakan sakit atau ijin. Kemudian guru memberikan informasi tentang apa yang akan dipelajari dan juga mengemukakan kompetensi dasar dari materi yang akan dipelajari.

Guru meminta semua siswa untuk membacakan ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah : 1-5 secara bersamaan, kemudian menyalin ayat tersebut disertai dengan hukum bacaan yang telah ditentukan. Guru memberikan motivasi kepada para siswa dengan cara mendatangi masing-masing kelompok memberikan bimbingan dengan pendekatan langsung, agar kelas terasa lebih hidup. Namun ada juga siswa yang malas dan tidak mau terlibat dalam proses mencari hukum bacaan.

Pada kegiatan penutup guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti tentang materi yang baru saja dipelajari. Pada kesempatan ini tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Kemudian guru memberikan sedikit informasi mengenai apa yang akan dilakukan untuk materi selanjutnya.

 

 

2)      Pertemuan kedua

Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2008. Guru menyajikan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Pada saat tersebut ada beberapa murid yang berkeluh kesah karena ketidaksukaan mereka beraktivitas di kelas ada juga yang menyatakan kebosanannya karena pembelajaran dilakukan di kelas.

Dari beberapa pembicaraan siswa dapat disimpulkan bahwa mereka lebih senang untuk menerima metode lain yang lebih menyenangkan dimana melibatkan aspek kognitif, psikomotorik, maupun aspek afektifnya.

Namun guru tetap melanjutkan pembelajaran sambil berusaha memberi penjelasan bahwa alasan pembelajaran di dalam kelas untuk efektivitas waktu. Kemudian guru melanjutkan materi yang akan disampaikan. Siswa langsung berkelompok sesuai kelompoknya masing-masing untuk berdiskusi tentang isi/ kandungan ayat yang telah disepakati. Dilanjutkan presentasi hasil yang telah didiskusikan masing-masing kelompok.

Masing-masing kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi, dan memberi kesempatan pada teman yang lain untuk bertanya. Guru juga memberi motivasi kepada siswa untuk bertanya. Hasilnya ada beberapa anak yang mengajukan pertanyaan.

Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru sedikit mereview materi yang telah didiskusikan dan kemudian memberikan informasi untuk materi berikutnya dilakukan tidak di dalam kelas. Siswa kelihatan bersemangat untuk mengikuti materi selanjutnya.

e.       Refleksi Siklus I

Guru terlihat belum optimal dalam mengimplementasikan teori Multiple Intelligences. Strategi pengajaran yang lebih banyak digunakan adalah strategi pengajaran linguistik dan interpersonal. Namun di sisi lain guru lebih banyak mendominasi untuk menjadi pusat perhatian. Guru belum optimal dalam mendorong siswa untuk mempresentasikan hasil karyanya. Untuk stimulasi inteligensi lunguistik yang lain guru sudah melakukan teknik bercerita ketika memulai pembelajaran, sehingga terkesan guru sudah menarik perhatian siswa sejak awal. Guru juga sudah mendorong siswa untuk mempresentasikan hasil karyanya namun ketika memulai untuk membahas hasil diskusi guru belum optimal dalam mengaktifkan siswa untuk berpendapat.

Pada saat kegiatan diskusi kelompok, guru belum optimal dalam memberikan motivasi siswa untuk kerjasama dalam team dan menyelesaikan tugas mandiri bersama dengan teman kelokpoknya.

Dapat disimpulkan bahwasannya pembelajaran PAI dengan mengimplementasikan teori Multiple Intelligences dengan strategi mendorong inteligensi linguistik dan interpersonal ini secara keseluruhan belum sepenuhnya mampu meningkatkan minat belajar siswa.

2.      Siklus II

a.       Perencanaan Pertemuan I

1)      Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan sifat pemaaf, dermawan, kerja keras, tolong menolong, disiplin, pemaaf, dan baik hati dijadikan pedoman dalam menjalankan roda kehidupan.

2)      Materi Pokok

Akhlaqul Karimah

3)      Media

Komputer, kertas HVS A3, Spidol, note book.

b.      Perencanaan Pertemuan 2

1)      Kompetensi Dasar

Mereview semua materi PAI di semester II.

2)      Materi Pokok

Aqidah, Ibadah-muamalah, Tarikh, Akhlak, Al-Qur’an dan Hadist.

3)      Media

Kertas HVS A3, Spidol.

c.       Pelaksanaan Tindakan siklus II

1)      Pertemuan Pertama

Pendahuluan (10 menit)

a)      Guru masuk kelas dan memberi salam dilanjutkan dengan mempresensi siswa.

b)      Guru memerintahkan siswa untuk duduk secara berkelompok sesuai dengan kelompok belajar yang sudah disepakati sebelumnya dengan menempati formasi meja kursi yang sudah disediakan.

c)      Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa.

Kegiatan Inti (60 menit)

a)      Guru memulai pembelajaran dengan metode ceramah tentang macam-macam akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

b)      (15 menit) guru meminta anak-anak menuju ruang laboratorium komputer untuk mencari file di internet tentang studi kasus yang berhubungan dengan akhlaqul karimah dan mencatatnya di notebook masing-masing kelompok.

c)      Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan hasil temuannya, menyalinnya dalam kertas HVS.

d)     Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan di depan teman-temannya. Setiap selesai presentasi guru mengaktivasi siswa untuk menyikapi hasil presentasi untuk dibahas bersama-sama.

Penutup (10 menit)

a)      Guru memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, kemudian meminta siswa untuk membuat suatu kesimpulan atas apa yang sudah dipresentasikan teman-temannya secara keseluruhan.

b)      Guru memberikan gambaran apa yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya.

2)      Pertemuan Kedua

Pendahuluan (10 menit)

a)      Guru masuk kelas memberi salam dan memberikan apersepsi kepada siswa tentang hasil diskusi minggu yang lalu.

b)      Guru memberikan deskripsi kepada siswa tentang apa yang akan dilakukan pada pertemuan hari ini.

Kegiatan Inti (60 menit)

a)      Guru membagi siswa menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok membuat soal TTS beserta jawabannya. Soal dibuat berdasarkan materi yang sudah dipelajari selama semester II. Masing-masing kelompok membuat sebanyak lima untuk soal mendatar dan lima untuk soal menurun. Soal dituliskan kedalam kertas plano besar.

Penutup (10 menit)

a.       Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil karyanya.

c)      Guru memberikan deskripsi apa yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya. Guru memberi saran kepada siswa untuk belajar guna mempersiapkan game yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya.

d.      Hasil Observasi siklus II

1)      Pertemuan Pertama

Pembelajaran dimulai pada pukul 08.20-09.40 WIB, pembelajaran PAI dilaksanakan di laboratorium komputer. Hal ini dilakukan karena pada kesempatan ini menggunakan media audio visual yaitu internet dan komputer. Pada hari Senin, 2 Juni 2008 materi yang diajarkan adalah tentang akhlaqul karimah. Ketika KBM dimulai dengan menuju ruang laboratorium komputer reaksi siswa sangat senang. Penggunaan komputer ini adalah baru pertama kali selama mereka mendapatkan materi pelajaran agama Islam. Pada kondisi ini guru meminta siswa mencari file di internet tentang hal/kejadian (studi kasus) yang berhubungan dengan sifat akhlaqul karimah yaitu pemaaf, dermawan, kerja keras, tolong menolong, disiplin, dan baik hati. Siswa begitu antusias mencari, dan kegembiraan siswa begitu terlihat saat mereka menemukan file yang mereka cari.

Selesai mencari file di internet, berdiskusi tentang apa yang baru saja mereka dapat kemudian setiap kelompok mewakilkan salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Beberapa siswa bertanya, bahkan banyak siswa yang akhirnya membantu menjawab pertanyaan yang diajukan untuk kelompok lain secara bersahutan.

Guru mereview terhadap hasil diskusi kelompok secara keseluruhan. Guru meminta siswa untuk membuat satu kesimpulan dari beberapa studi kasus yang telah dipresentasikan. Ada beberapa siswa yang mengemukakan keseimpulan dari materi akhlaqul karimah. Guru juga menginformasikan kepada siswa untuk belajar semua materi karena kegiatan selanjutnya adalah membuat game bahasa yaitu teka-teki silang.

2)      Pertemuan Kedua

Pembelajaran dimulai pada pukul 07.00-08.20 WIB di kelas. Pada kesempatan pembelajaran ini adalah game teka-teki silang. Pada saat kondisi ini semua siswa yang sebelumnya hanya duduk, serentak berdiri dan antusias mengelompok bersedia menerima tugas dari guru.

Selama 40 menit hampir seluruh siswa sangat senang dan menikmati tugas membuat teka-teki silang ini. Jarang terlihat ada siswa yang jalan-jalan sendiri ataupun membuat gaduh di kelas. Pada saat itu peneliti sedikit berbincang-bincang dengan guru, guru merasa sangat senang dengan metode ini. Guru tersebut mengatakan bahwa baru kali ini tidak merasa terlalu capek mengajar dan tidak ada siswa yang membuat ulah. Guru benar-benar bertindak sebagai fasilitator saja.

Guru memberikan informasi mengenai aturan main yang akan dilakukan untuk pertemuan selanjutnya.

e.       Refleksi

Dari haril diskusi diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan siklus II sudah mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Jumlah siswa yang terlibat proses pembelajaran semakin bertambah, walaupun masih ada beberapa anak yang mengganggu dan berusaha menjadi pusat perhatian.

Ternyata dengan urutan pembelajaran yang sistematis, melakukan pengamatan langsung serta diberikan unsur game sangat menarik bagi siswa sehingga menimbulkan minat belajar yang lebih baik. Hal ini sangat terlihat ketika proses membuat teka-teki silang, hampir seluruh siswa aktif dan sibuk mencari referensi untuk membuat daftar pertanyaan. Guru juga berusaha menumbuhkan keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas dengan memberikan nilai bagi siswa yang aktif mengemukakan pendapat. Beberapa siswa sudah mulai mengemukakan pendapatnya, berdiskusi dengan teman tentang materi pelajaran dan juga mengkomunikasikan hasil pekerjaan dengan teman dan guru, tetapi untuk bertanya secara formal kepada guru di depan kelas hanya tiga siswa saja yang melakukannya. Sebagian besar bertanya kepada guru saat diskusi kelompok.

Strategi pengajaran Multiple Intelligences juga sudah terlihat dilakukan oleh guru berupa strategi pengajaran linguistik, kenestetis-jasmani, logi-matematis, visual spasial, intrapersonal dan interpersonal.

3.      Siklus III

a.       Perencanaan Pertemuan 1

1)      Kompetensi Dasar

Mereview semua materi PAI di semester II

2)      Materi Pokok

Aqidah, Ibadah-muamalah, Tarikh, Akhlak, Al-Qur’an dan Hadits.

3)      Media

Kertas Plano, Spidol.

b.      Perencanaan Pertemuan 2

1)      Kompetensi Dasar

Menceritakan dakwah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah.

2)      Materi Pokok

Dakwah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah.

3)      Media

Timer, Kertas HVS, Lakban, Spidol.

4)      Rencana Pembelajaran (lampiran 6)

c.       Pelaksanaan Tindakan Siklus III

1)      Pertemuan Pertama

Pendahuluan (10 menit)

a)      Guru masuk kelas dan memberi salam dilanjutkan dengan mempresensi siswa.

b)      Guru memerintahkan siswa untuk duduk secara berkelompok sesuai dengan kelompok belajar yang telah disepakati sebelumnya.

c)      Guru menyampaikan aturan main terhadap games yang akan diikuti oleh seluruh siswa baik waktu, cara mengerjakan maupun aturan penilaian.

Kegiatan Inti (60 menit)

a)      Guru memulai pembelajaran dengan memberi aba-aba kepada seluruh siswa untuk bermain games. Dan semua siswa dengan kelompoknya masing-masing berusaha mengerjakan soal dengan waktu seminimal mungkin.

b)      Kemudian semua siswa masuk dan masing-masing kelompok memeriksa hasil kerja dari kelompok lain. Masing-masing kelompok memberikan penilaian. Dan dilanjutkan guru mengaktivasi siswa dalam melakukan penilaian serta memberikan argumen serta pendapat atas soal yang sulit untuk dikerjakan.

c)      Guru memberi aba-aba peralihan untuk materi selanjutnya. Guru memberikan deskripsi kepada sesama siswa untuk konsentrasi ke penilaian akhir atas bab yang sudah dipelajari. Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk mengerjakan suatu proyek.

d)     Semua siswa mengerjakan tugas dari masing-masing proyek yang sudah diberikan oleh guru.

Penutup (10 menit)

Guru memberikan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Kemudian dilanjutkan dengan guru mengaktivasi siswa untuk mengerjakan tugas yang belum selesai di rumah dengan sebaik-baiknya. Dan memberikan gambaran apa yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya.

2)      Pertemuan Kedua

Pendahuluan (10 menit)

a)      Guru masuk kelas dan memberi salam dan memberikan apersepsi kepada siswa tentang hasil diskusi minggu yang lalu.

b)      Guru memberikan deskripsi kepada siswa tentang apa yang akan dilakukan pada pertemuan hari ini.

Kegiatan Inti (60 menit)

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya.

Penutup (10 menit)

Guru memberikan kesimpulan terhadap apa yang sudah dipelajari selama ini. Dan guru mengajak siswa untuk berdiskusi mengenai masukan dan pendapat apa saja yang menjadi perbaikan untuk pertemuan selanjutnya.

d.      Hasil Observasi Siklus III

1)      Pertemuan 1

Pada kesempatan ini pembelajaran dimulai pukul 08.20-09.40 WIB di ruang kelas. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan siswa yang tidak berangkat hari ini. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok yang masih perlu disempurnakan. Setelah semua kelompok menyatakan siap dengan tugasnya, maka guru memulai dengan memberikan informasi mengenai aturan main. Aturan main tersebut adalah setiap kelompok mengambil nomor undian 1-4 yang berarti adalah nomor dari nama masing-masing kelompok. Diberi batasan kelompok harus mendapatkan nomor yang lain tidak boleh sama dengan kode kelompoknya. Setelah selesai mengambil guru melanjutkan penjelasan dengan menerangkan bahwa yang mendapatkan nomor adalah kode nomor soal TTS dari kelompok nama yang akan dikerjakan. Setelah selesai menerangkan, guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menempatkan kertas plano yang sudah berisi soal TTS di tempat yang mereka inginkan, bebas tidak dibatasi apapun kecuali hanya dalam lingkup bangunan sekolah. Setelah perwakilan tersebut kembali ke kelas maka guru memberikan informasi terakhir bahwa setiap kelompok hanya diberikan waktu 20 menit untuk mencari, menemukan dan mengerjakan TTS yang sudah disediakan. Kemudian dengan aba-aba hitungan satu….dua…..tiga….serentak semua siswa seisi kelas berhamburan keluar dengan antusias dan senang untuk mengerjakan TTS.

Pemandangan yang sangat menarik terlihat di sini. Ada kelompok yang mendapatkan undian untuk mengerjakan TTS di dekat pembuangan sampah, sehingga konsekuensinya mereka mengerjakan soal sambil menutup hidup karena bau sampah yang tidak sedap. Namun keriangan tetap terpancar dari masing-masing siswa. Kemudian ada juga kelompok yang mendapat soal TTS di tengah halaman sekolah yang kondisinya saat itu sedang panas. Namun mereka tetap mengerjakan soal tersebut walaupun ada dua siswa yang protes karena kepanasan. Tidak terlihat satu siswapun yang tidak serius mengerjakan. Mereka terlihat sangat senang dan merasa seperti kompetisi sehingga timbul rasa kerjasama, saling membantu dan berusaha memberikan bantuan semaksimal mungkin. Ada yang bertugas mencari jawaban, dan yang bertugas menulis, dan ada juga yang bertugas mencari referensi supaya bisa terlaksana dengan baik. Pembagian kerja dan kerjasama sangat terlihat di kegiatan ini.

Setelah selesai, semua kembali ke kelas dengan riang. Tugas selanjutnya adalah mengembalikan TTS yang sudah dikerjakan kepada pemilik nomor TTS tersebut. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mengoreksi dan memberi penilaian. Kegiatan ini sangat menyenangkan karena timbul kompetisi diakibatkan dari perolehan nilai yang dihasilkan.

Pembelajaran diakhiri dengan guru mereview semua yang telah dilakukan siswa dan memberikan pujian kepada semua siswa yang sudah melakukan tugasnya dengan baik. Kemudian guru memberikan waktu kepada siswa untuk menyiapkan pentas kreativitas yang akan dilakukan. Setiap kelompok diminta untuk memilih jenis kreativitas yang akan ditampilkan sesuai minat anak. Karena masih ada waktu maka siswa diminta untuk memulai berdiskusi terlebih dahulu.

2)      Pertemuan 2

Pada pertemuan kali ini pembelajaran dilakukan di dalam kelas. Sejak masuk kelas semua siswa terlihat sibuk menyiapkan kreativitas yang akan ditampilkan. Guru memberikan penjelasan kepada siswa bahwa hari ini adalah pentas kreativitas dan guru memberikan motivasi kepada siswa untuk tampil seoptimal mungkin.

Ada tiga kelompok yang akan mewujudkan pemahaman mereka terhadap materi dalam wujud kreativitas. Kelompok pertama menampilkan dramatisasi tentang keteguhan Nabi Muhammad dalam menghadapi ujian. Kelompok kedua menampilkan puisi tentang sifat Nabi Muhammad. Kelompok ketiga menampilkan lagu yang didalamnya terdapat lirik tentang keteladanan Nabi Muhammad.

Pada saat proses pembelajaran ini berlangsung siswa sangat senang dan menikmati kegiatan yang ada. Setiap siswa terlihat serius dan tidak ada yang melakukan aktivitas negatif.

2.      Hasil Implementasi Teori Multiple Intelligences untuk Meningkatkan Minat Belajar PAI

            Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni tahun pelajaran 2007-2008, dilaksanakan selama tiga siklus dengan masing-masing siklus sebanyak dua kali pertemuan. Setiap siklus selalu diadakan evaluasi dan monitoring untuk pelaksanaan tindakan penelitian siklus selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan dari hasil rencana pembelajaran, mengetahui kesiapan guru baik berupa materi maupun improvisasi ide di lapangan.

Pembelajaran PAI selama ini dilakukan masih bersifat klasikal. Guru masih menjadi center of student di kelas, sehingga kondisi pembelajaran hanya sebagai transfer informasi dari guru ke siswa. Metode pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk berdiskusi, curah gagasan, ekspresi karya sebagai implementasi pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan juga belum pernah dilakukan.

Kondisi di atas dipengaruhi oleh guru dan siswa. Faktor guru adalah belum menyadari bahwa setiap siswa memiliki inteligensi yang berbeda dan setiap inteligensi tersebut menginginkan gaya belajar yang sesuai dengan karakteristik inteligensinya masing-masing. Misalnya seorang siswa yang memiliki inteligensi musikal lebih senang dan cepat menguasai materi apabila sistem pengajaran di kelas menggunakan strategi pengajaran musikal. Dari hal tersebut di atas karena minimnya guru dalam pengetahuan tersebut maka terkesan metode yang digunakan adalah metode tradisional seperti ceramah, kerja kelompok, dan menyimak buku pelajaran. Dari metode ini dapat dilihat bahwa hanya menfasilitasi salah satu inteligensi saja. Maka dari itu tidak heran jika siswa tidak berminat karena pembelajaran tidak menarik bagi siswa.

Dari siswa sendiri mereka terkadang tidak menyadari bahwa dalam setiap diri manusia memiliki potensi kecerdasan. Dan dari potensi kecerdasan inilai sebagai modal untuk kelangsungan hidupnya. Namun dengan sistem pendidikan yang masih belum menfasilitasi keberagaman potensi tersebut maka siswa larut mengikuti sistem yang ada yaitu belajar untuk memperoleh nilai dan prestasi tetapi tidak belajar untuk meningkatkan minat dalam belajar.

Melalui permasalahan tersebut maka peneliti ingin melakukan upaya tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas dengan tindakan kelas sebanyak tiga siklus. Secara keseluruhan hasil dari tiga siklus implementasi teori Multiple Intelligences untuk meningkatkan minat belajar siswa adalah sebagai berikut :

1.      Siklus I

a.       Implementasi Teori Multiple Intelligences

            Pada siklus pertama ini guru berusaha mengimplementasikan teori Multiple Intelligences dengan menerapkan strategi pengajaran Multiple Intelligences yang diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar pelajaran agama Islam.

Upaya strategi pengajaran Multiple Intelligences tersebut diimplementasikan dalam setiap pembelajaran. Adapun berbagai metode tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1)      Strategi pengajaran linguistik

Pada strategi inteligensi linguistik ini guru mengimplementasikan dengan dua metode yaitu bercerita dan diskusi. Pada langkah pembelajaran pendahuluan pada pertemuan pertama, guru memberikan isyarat non verbal yaitu mengangkat kedua tangan untuk instruksi diam dan mengacungkan jari jempol ketika sudah diam. Kemudian supaya siswa mulai bersiap-siap konsentrasi mengikuti pelajaran, guru mempersiapkan masa peralihan dengan teknik bercerita dan mengajak diskusi siswa.

2)      Strategi pengajaran logis-matematis

Guru memiliki penguasaan materi yang cukup bagus, sehingga terkesan meyakinkan apalagi guru juga mengulas dengan memberikan contoh dari kehidupan sehari-hari. Guru mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan sendiri. Hal ini terlihat pada saat kegiatan diskusi tentang isi/kandungan ayat, beberapa siswa turut berpartisipasi menjawab dengan mengacungkan tangan.

3)      Strategi pengajaran audio visual

Guru belum optimal untuk strategi pengajaran audio visual dikarenakan kondisi media belum memungkinkan. Guru hanya menggunakan media Al-Qur’an dalam proses pembelajaran.

4)      Strategi Pengajaran Kinestetis Jasmani

Guru memberikan pengertian kepada siswa agar menggunakan respon tubuh untuk menanggapi sesuatu yang disampaikan guru. Misalnya siswa diperbolehkan untuk mengangkat tangan atau mengacungkan jari untuk menanggapi guru baik untuk berpendapat, mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan. Dalam menerangkan guru menggunakan respon tubuh berupa gestur dan mimik wajah yang berusaha menatap hampir seluruh siswa, sehingga pandangan siswa tidak hanya satu arah karena guru dalam bercerita selalu berpindah tempat untuk menghindari kejenuhan konsentrasi.

5)      Strategi pengajaran interpersonal

Guru memberikan tugas mencari hukum bacaan dan mencari kandungan/isi ayat dalam Al-Qur’an secara berkelompok.

6)      Strategi pengajaran intrapersonal

Guru memberikan motivasi kepada masing-masing siswa untuk ikut aktif dalam kerja kelompok, sehingga setiap siswa mampu untuk mencurahkan ide/gagasannya dalam menyelesaikan tugas.

7)      Strategi pengajaran musikal

Guru melalui media Al-Qur’an meminta anak untuk membaca bersama-sama ayat dalam Al-Qur’an dilagukan (tartil) sesuai iramanya. Sehingga strategi pengajaran musikal yang dilakukan oleh guru dapat terlaksana saat siswa membaca ayat dengan menggunakan irama.

8)      Strategi pengajaran naturalis

Guru belum optimal menggunakan strategi pengajaran naturalis kondisi media belum memungkinkan. Sebenarnya guru merencanakan bahwa pada siklus ini siswa melakukan pembelajaran di masjid, namun mengingat efektifitas waktu, sehingga hal tersebut belum terlaksana.

Pada pembelajaran PAI siklus I ini guru belum dapat mengelola kelas dengan baik karena masih banyak siswa yang tidak mau memperhatikan keterangan dari guru. Guru terkesan hanya mengejar target dari materi yang disampaikan tanpa melakukan pendekatan individual secara intensif untuk menfasilitasi siswa yang kurang memperhatikan. Beberapa strategi pengajaran guru seperti visual spasial, intrapersonal dan naturalis belum optimal dilakukan guru.

 

b.      Aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI

Pada siklus I pembelajaran PAI ini, aktivitas siswa yang terlihat sebagai indikator minat belum terlihat. Hal ini terlihat dengan minimnya siswa yang mau mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan.

Jumlah siswa yang hadir pada siklus I ini sebanyak 38 orang (100 %). Hasil persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 2. Frekuensi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada

Siklus I

No

Indikator

Pertemuan

1

2

1

Bertanya pada teman atau guru (%)

6

(15,7%)

10

(26,3 %)

2

Menjawab pertanyaan guru (%)

4

(10,5 %)

12

(31,5 %)

3

Mencatat penjelasan guru (%)

7

(18,4 %)

5

(13,1 %)

4

Menyimak buku pelajaran (%)

14

(36,8 %)

6

(15,7 %)

5

Bersedia menerima tugas (%)

10

(26,3 %)

18

(47,3 %)

6

Mengkomunikasikan hasil

Pekerjaannya (%)

8

(21 %)

13

(34,2 %)

7

Berdiskusi dengan teman (%)

9

(23,6 %)

21

(55,2 %)

8

Memperhatikan penjelasan guru (%)

11

(28,9 %)

19

(50 %)

9

Aktivitas negatif (%)

12

(31,5 %)

9

(23,6 %)

Sumber : Data Primer

2.      Siklus II

a.       Implementasi teori Multipel Intelligences

Pada siklus II ini guru berusaha mengimplementasikan teori Multipel Intelligences dengan menerapkan strategi pengajaran Multipel Intelligences yang diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar PAI dengan berbagai perbaikan dari hasil siklus I yang diwujudkan dalam berbagai metode.

Upaya strategi pengajaran Multipel Intelligences tersebut diimplementasikan dalam setiap pembelajaran yang diuraikan sebagai berikut :

1)      Strategi pengajaran linguistik

Pada kesempatan pembelajaran siklus II ini guru sudah mulai mengembangkan diri untuk mendorong kecerdasan linguistik siswa. Guru mulai melakukan improvisasi di kelas dalam hal metode pembelajaran. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan materi disela-sela proses pembelajaran sedikit membuat lelucon dari materi yang dibahas sehingga menimbulkan senyum dan tertawa kecil para siswa. Kemudian guru juga memberikan pujian kepada siswa yang mau terlibat dalam proses pembelajaran.

Ekspresi menyenangkan dan usaha guru untuk memberikan perhatian penuh kepada seluruh siswa sudah mulai terlihat. Hal ini diterapkan ketika memberikan materi, guru berusaha memandang siswa satu persatu dan meyakinkan mereka. Guru berusaha memberikan pertanyaan kepada siswa dan mendorong siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai pemikiran siswa.

Metode curah gagasan juga diterapkan pada siklus II ini. Hal ini diimplementasikan melalui kegiatan studi kasus dan membuat teka-teki silang. Siswa mencurahkan pikiran verbal yang dapat dikumpulkan dan ditulis untuk membuat bahan pernyataan dan bahan pertanyaan.

2)      Strategi pengajaran matematis logis

Guru berusaha mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuan sendiri dengan memotivasi siswa untuk mencari file di internet tentang kasus yang berhubungan dengan sifat-sifat akhlaqul karimah, kemudian guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan pengetahuan sendiri yang diterapkan dalam pembuatan game bahasa yaitu teka-teki silang. Guru mendorong siswa membangun pengetahuan dari benak mereka sendiri untuk membuat sebuah pernyataan dan dijadikan pertanyaan pada soal game bahasa tersebut.

3)      Strategi pengajaran audia visual

Guru menggunakan media internet dan komputer sebagai media dalam rangka pemahaman materi lebih dalam kepada siswa. Guru juga menggunakan strategi lain yaitu guru mendorong siswa untuk menvisualisasikan hasil konsep siswa ke dalam gambaran kotak teka-teki silang.

4)      Strategi pengajaran kinestetis jasmani

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan ketrampilan mereka untuk membuat desain teka-teki silang yang simetris dan semenarik mungkin. Gestur serta gaya tubuh dalam memberikan materi juga sudah mulai terlihat bersahabat dengan siswa. Guru tidak lagi berbicara terus menerus di depan kelas, guru mulai melakukan blocking tempat ketika menerangkan, mendatangi siswa dalam tempat duduknya, karena pada siklus II ini guru menggunakan media komputer sehingga mengharuskan guru untuk berjalan dari kelompok satu ke kelompok yang lain.

5)      Strategi pengajaran musikal

Pada siklus II ini guru sudah mulai berimprovisasi menggunakan musik. Hal ini terlihat ketika siswa sedang mencari file di internet karena kondisi dan media mendukung sehingga saat pembelajaran di ruang laboratorium komputer, suasana kelas diselingi dengan musik bernuansa etnik

6)      Strategi pengajaran intrapersonal

Guru berusaha melakukan pendekatan individual pada siswa di sela-sela proses pembelajaran. Hal ini terlihat ketika guru berupaya untuk mendekati siswa agar mau menerapkan idenya sendiri. Kemudian guru melakukan pola belajar yang dapat memancing siswa untuk melakukan kegiatan bertanya. Guru juga melakukan refleksi satu menit agar siswa mendapatkan “jeda” yang cukup untuk mencerna informasi yang mereka terima dan menghubungkan materi dengan pengalaman pribadi saat studi kasus.

7)      Strategi pengajaran interpersonal

Pada siklus II proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok ternyata merupakan strategi pengajaran yang menarik. Hal tersebut terlihat ketika proses berlangsung, terjadi pembagian tugas secara alami antar siswa dalam kelompok. Siswa dapat belajar untuk menghormati ide, pendapat teman. Dan guru di sini berperan sebagai fasilitator saja.

8)      Strategi pengajaran naturalis

Strategi pengajaran pada siklus II ini guru melakukan improvisasi tempat belajar. Sebelum ada penelitian tindakan kelas, guru selalu mengajar di dalam kelas. Guru melakukan variasi penggunaan kelas yaitu di kelas dan di ruang laboratorium komputer.

b.      Aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI

Pada siklus II pembelajaran PAI ini aktivitas siswa yang terlihat sebagai indikator minat mulai terlihat secara optimal yaitu dengan adanya peningkatan siswa untuk mau terlibat dalam pembelajaran.

Jumlah siswa yang hadir pada siklus II ini sebanyak 38 orang (100%). Hasil persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 3. Frekuensi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada

Siklus II

No

Indikator

Pertemuan

1

2

1

Bertanya pada teman atau guru (%)

14

(36,8 %)

20

(52,6 %)

2

Menjawab pertanyaan guru (%)

10

(26,3 %)

17

(44,7 %)

3

Mencatat penjelasan guru (%)

13

(34,2 %)

8

(21 %)

4

Menyimak buku pelajaran (%)

21

(55,2 %)

31

(81,5 %)

5

Bersedia menerima tugas (%)

25

(65,7 %)

32

(84,2 %)

6

Mengkomunikasikan hasil

Pekerjaannya (%)

24

(63,1 %)

26

(68,4 %)

7

Berdiskusi dengan teman (%)

28

(73,6 %)

31

(81,5 %)

8

Memperhatikan penjelasan guru (%)

22

(57,8 %)

30

(78,9 %)

9

Aktivitas negatif (%)

5

(15,1 %)

2

(5,2 %)

Sumber : Data Primer

3.      Siklus III

a.       Implementasi Multiple Intelligences

Pada siklus III ini guru berusaha mengimplementasikan teori Multipel Intelligences dengan menerapkan strategi pengajaran Multipel Intelligences yang diharapkan dapat meningkatkan minat siswa.

Pada siklus III ini merupakan siklus yang spesial, hal ini dikarenakan dua pertemuan yang dilakukan pada siklus ini sangat menyenangkan bagi siswa. Pada pertemuan 1 semua siswa mengikuti games teka-teki silang. Kemudian pada pertemuan 2 semua siswa menampilkan segala kreativitasnya untuk mempersembahkan sebuah karya dari pemahaman mereka terhadap materi yang sudah diajarkan guru selama ini.

Upaya strategi pengajaran Multiple Intelligences tersebut diimplementasikan dalam siklus III. Adapun berbagai hal yang dilaksanakan pada siklus III ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1)      Strategi pengajaran linguistik

Pada saat pertemuan I peran guru sudah mulai mengalami peningkatan. Guru memberikan isyarat verbal yang tidak kaku seperti biasanya. Guru memotivasi siswa untuk membuat suatu daftar pertanyaan secara tertulis agar dimengerti siswa yang lain untuk dikerjakan. Tata bahasa dan pola kalimat juga tidak diatur seperti layaknya sastra Indonesia, tetapi yang terpenting adalah ringkas, jelas dan pendek. Pada pertemuan 2, guru memberi tugas kepada salah satu kelompok untuk membuat sebuah puisi tentang materi yang sudah disampaikan. Puisi bersifat bebas dan tidak dibatasi aturan pada layaknya sastra Indonesia.

2)      Strategi pengajaran logis matematis

Pada pertemuan 1 inteligensi logika sangat berperan, hal ini dikarenakan semua siswa sibuk dengan mengerjakan teka-teki silang yang harus dipecahkan. Siswa disibukkan dengan menjawab pertanyaan sesuai dengan susunan huruf maupun kata sesuai dengan kotak yang tersedia.

Pertemuan 2, guru menggunakan metode memberikan arahan kepada siswa tentang kreativitas yang akan dibawakan sesuai dengan materi. Sehingga guru berusaha memotivasi siswa untuk dapat mengambil keputusan ketika terjadi diskusi kelompoknya masing-masing hal ini terjadi ketika akan membuat keputusan tentang konsep kreativitas.

3)      Strategi pengajaran visual spasial

Pada pertemuan 1, siswa diajak untuk menvisualisasikan sebuah kata ke dalam layanan kotak yang tersedia. Sebuah gambar kotak-kotak bebas yang harus di isi sesuai dengan format. Inteligensi visual spasial anak sangat distimulasi dalam kegiatan ini.

4)      Strategi pengajaran kinestetis jasmani

Pertemuan 1 guru menggunakan sistem games untuk mengerjakan materi teka-teki silang. Games ini mengharuskan siswa untuk menggunakan kecepatan jasmani untuk mencari lembar soal yang dikerjakan.

Pertemuan 2, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperagakan materi yang diterima dengan menggunakan tubuhnya melalui drama pendek (role play). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat drama kelas. Di samping itu dalam strategi ini guru memberikan kesempatan yang luas kepada para siswa untuk bebeas berekspresi.

5)      Strategi pengajaran musikal

Pada pembelajaran PAI siklus III ini strategi pengajaran musikal digunakan guru dengan cara siswa diberi kesempatan untuk membuat lagu. Guru mendorong siswa untuk mengganti lirik dari sebuah lagu dengan materi yang dipelajari. Kemudian memberi kesempatan siswa untuk membuat lagu dan menghafalkan lagu yang sesuai dengan materi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan alat .

6)      Strategi pengajaran intrapersonal

Guru melakukan pendekatan individual kepada para siswa di setiap kelompoknya untuk melakukan tugas secara optimal. Dengan mengerahkan segala potensi yang ada dan ditampilkan dengan maksimal. Guru melakukan penilaian terhadap siswa secara individual.

7)      Strategi pengajaran interpesonal

Dengan sistem pentas kreativitas berkelompok, guru meminta siswa untuk saling bekerjasama dan menghargai berbagai ide yang muncul dari pemikiran masing-masing untuk dituangkan dalam sebuah karya kelompok. Guru juga meminta siswa untuk melakukan simulasi kelompok.

8)      Strategi pengajaran naturalis

Adanya perubahan situasi kondisi belajar pada saat siklus III ini menjadikan siswa sangat enjoy. Guru memberikan warna dalam kondisi belajar. Guru melakukan pembelajaran di kelas dan pada siklus ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih tempat belajar yang diinginkan saat itu yaitu di alam/luar kelas.

 

 

b.      Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aktivitas siswa yang terlihat sebagai indikator minat terlihat secara optimal. Hal ini dikarenakan semua metode pada siklus III adalah wujud kreativitas siswa yang dikemas dalam bentuk games sehingga terkesan pembelajaran bersifat menyenangkan.

Hasil persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus III ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 4. Frekuensi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada

Siklus III

No

Indikator

Pertemuan

1

2

1

Bertanya pada teman atau guru (%)

28

(73,6 %)

31

(81,5 %)

2

Menjawab pertanyaan guru (%)

9

(23,6 %)

20

(52,6 %)

3

Mencatat penjelasan guru (%)

14

(36,8 %)

21

(55,2 %)

4

Menyimak buku pelajaran (%)

38

(100 %)

5

Bersedia menerima tugas (%)

38

(100 %)

38

(100 %)

6

Mengkomunikasikan hasil

Pekerjaannya (%)

30

(78,9 %)

38

(100 %)

7

Berdiskusi dengan teman (%)

32

(84,2 %)

38

(100 %)

8

Memperhatikan penjelasan guru (%)

34

(89,4 %)

38

(100 %)

9

Aktivitas negatif (%)

Sumber : Data Primer

3.      Peningkatan Minat Belajar PAI dengan Implementasi Teori Multiple Intteligences

Guru sebagai kunci penerapan teori Multiple Intelligences dalam melakukan pengajaran di kelas memiliki berbagai cara atau teknik dalam manajemen kelas ketika mengimplementasikan metode pembelajaran. Dalam hal ini guru menyadari adanya berbagai macam inteligensi pada setiap siswa yang membutuhkan fasilitas. Fasilitas yang dibutuhkan adalah suatu konsep pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya. Untuk itu guru menerapkan berbagai strategi pengajaran Multiple Intelligences yaitu suatu strategi pengajaran dengan tujuan mendukung berbagai macam inteligensi dengan metode yang variatif.

Dengan adanya penerapan strategi pengajaran ini, siswa merasa terfasilitasi untuk diberikan kesempatan supaya menikmati gaya belajar mereka masing-masing-masing. Sehingga siswa merasa enjoy untuk menerima pelajaran. Apabila siswa merasakan hal tersebut, efek yang lain juga akan timbul seperti prestasi belajar meningkat, bahkan akan melakukan riset untuk memperdalam pengetahuannya sehingga muncul minat belajar.

Minat belajar siswa terlihat dari berbagai aktivitas. Peningkatan aktivitas siswa yang menunjukkan minat adalah sebagai indikator bahwa implementasi teori Multiple Intelligences sudah berhasil. Untuk itu aktivitas siswa dalam siklus keseluruhan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Frekuensi Rata-rata Aktivitas Siswa Selama Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

No

Indikator

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Frekuensi

Frekuensi

Frekuensi

1

Bertanya pada teman atau guru (%)

8

(21 %)

17

(44,7 %)

29

(77,5 %)

2

Menjawab pertanyaan guru (%)

8

(21 %)

13

(35,5 %)

14

(38,1 %)

3

Mencatat penjelasan guru (%)

6

(15,7 %)

10

(27,6 %)

12

(46 %)

4

Menyimak buku pelajaran (%)

10

(27,6 %)

26

(68,3 %)

38

(100 %)

5

Bersedia menerima tugas (%)

14

(38,1 %)

28

(59,9 %)

38

(100 %)

6

Mengkomunikasikan hasil

Pekerjaannya (%)

10

(27,6 %)

25

(65,7 %)

34

(89,5 %)

7

Berdiskusi dengan teman (%)

15

(39,4 %)

29

(77,5 %)

35

(92,1 %)

8

Memperhatikan penjelasan guru (%)

15

(39,4 %)

26

(68,3 %)

36

(94,7 %)

9

Aktivitas negatif (%)

10

(27,6 %)

3

(9,1 %)

 

Dari hasil tabel di atas dapat kita lihat bahwa ada peningkatan frekuensi dari siklus I sampai siklus III. Setiap indikator dari masing-masing siklus juga mengalami peningkatan.

Aktivitas bertanya pada teman atau guru, sebelum adanya penelitian tindakan masih belum terlihat. Untuk aktivitas bertanya pada teman atau guru memang ada beberapa faktor yang mengakibatkan aktivitas ini tidak terlalu mendominasi. Sifat malu bertanya yang dimiliki hampir semua siswa terkadang masih menjadikan proses pembelajaran terhadap pemahaman materi terhambat. Biasanya yang dilakukan dalam bertanya adalah bertanya secara masal. Dalam arti siswa menggunakan kesempatan bertanya dengan bersahutan untuk menutupi rasa malunya. Jarang siswa bertanya dengan mengacungkan tangan karena ingin lebih memahami.

Aktivitas bertanya pada guru biasanya terdorong karena adanya sesama teman yang juga sedang bertanya. Namun aktivitas ini dapat berubah dengan adanya metode guru yang dapat mendorong aktivitas bertanya.

Berikut ini grafik peningkatan aktivitas bertanya pada teman atau guru setelah adanya penelitian tindakan kelas.

 

 

 

 

 

 

            Adanya perubahan guru pada setiap siklus untuk membenahi metode pembelajaran menjadikan aktivitas bertanya pada teman atau guru meningkat. Guru mulai mengubah gaya mengajarnya dan bersedia untuk menangani perilaku individual. Dalam arti adanya kedekatan guru dengan siswa menjadikan siswa merasa tidak segan lagi untuk bertanya.

Kemudian untuk aktivitas menjawab pertanyaan guru juga berhubungan erat dengan aktivitas bertanya pada teman atau guru. Aktivitas menjawab pertanyaan guru juga sebelum adanya penelitian tindakan ini dilakukan siswa secara beramai-ramai. Jarang siswa mengacungkan tangan untuk menawarkan diri menjawab pertanyaan guru secara diplomatis.

Berikut ini grafik peningkatan aktivitas menjawab pertanyaan guru.

 

 

 

 

 

            Dorongan guru agar siswa mau melakukan aktivitas menjawab pertanyaan mengalami peningkatan setiap siklus. Menjawab pertanyaan dalam penelitian ini adalah menjawab pertanyaan secara mandiri. Dengan mengacungkan tangan dan menjawab dengan menganalisis suatu permasalahan, jadi bukan asal menjawab dengan jawaban singkat namun berupa jawaban yang berstruktur.

Mencatat penjelasan guru biasanya dilakukan oleh siswa atas perintah guru atau ketika semua siswa tidak memiliki buku dan guru memberikan materi untuk ditulis di papan tulis agar dicontoh oleh siswa untuk ditulis di buku tulis.

Aktivitas mencatat penjelasan guru dapat dilihat dari grafik di bawah ini.

 

 

 

 

 

 

            Mencatat penjelasan guru dalam hal ini adalah adanya aktivitas yang dilakukan siswa karena siswa memahami beberapa penjelasan guru yang sebaiknya dicatat oleh siswa.

Kegiatan dengan cara menyimak buku pelajaran adalah sebuah metode yang dianggap konvensional, karena tidak memberikan kebebasan siswa untuk melakukan aktivitas dalam kategori memperhatikan. Upaya guru yaitu dengan membuat handout dari materi akhlaqul karimah untuk mempermudah pemahaman siswa.

Berikut ini grafik menyimak buku pelajaran dari siklus I sampai siklus III :

 

 

 

 

 

Dari grafik di atas, dapat kita lihat dengan adanya peningkatan aktivitas siswa adalah wujud dari upaya guru untuk membangun siswa agar secara mandiri memanfaatkan buku pegangan yang ada.

Dalam sistem pembelajaran yang sudah ada selama ini, aktivitas bersedia menerima tugas dari siswa dilakukan dengan semangat memperoleh nilai. Sehingga aktivitas menerima tugas hanya sebuah rutinitas bagi siswa. Namun aktivitas bersedia menerima tugas dengan mengerahkan segala potensi yang ada pada siswa dengan berbagai macam gaya belajar belum terfasilitasi. Sehingga dalam hal ini guru menggunakan upaya-upaya seperti metode games yang menyenangkan ketika memberikan tugas. Hasilnya aktivitas bersedia menerima tugas dilakukan semua siswa dengan senang, menumpahkan segala curah gagasan yang dimilikinya dan mengeluarkan segala potensi yang dimilikinya.

Berikut ini grafik aktivitas bersedia menerima tugas setelah adanya penelitian tindakan kelas.

 

 

 

 

 

Bersedia menerima tugas secara mandiri dengan mengekspresikan seluruh potensi yang dimiliki siswa untuk memahami pelajaran agama Islam telah meningkat seiring perubahan metode pembelajaran guru yang menarik.

Aktivitas mengkomunikasikan hasil pekerjaannya ketika memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran juga dapat terhambat apabila guru menggunakan metode yang tidak menarik. Terkadang kebebasan untuk mengkomunikasikan hasil pekerjaan kepada teman dinilai guru sebagai tindakan mengganggu ketenangan kelas. Untuk itu berbagai upaya guru yang bertindak sebagai fasilitator memberikan kesempatan siswa untuk mengkomunikasikan hasil pekerjaannya dengan berbagai cara seperti membuka forum diskusi, maupun presentasi. Berikut ini adalah grafik peningkatan aktivitas mengkomunikasikan hasil pekerjaan siswa.

 

 

 

 

 

 

Mengkomunikasikan hasil pekerjaan secara mandiri yaitu dengan tujuan berdasarkan kebutuhan siswa dalam rangka memperoleh pemahaman lebih luas dengan materi pelajaran yang terlihat mengalami peningkatan pada setiap siklus.

Aktivitas berdiskusi dengan teman pada setiap pertemuan sangat sering dilakukan karena metode yang dipergunakan memang lebih ditekankan pada kerjasama antara siswa. Dengan adanya sistem kerja kelompok menjadikan suasana kelas sebagai forum diskusi, bukan sebagai forum transfer informasi dari guru ke siswa. Strategi ini ternyata menjadikan aktivitas berdiskusi dengan teman meningkat.

 

 

 

 

 

Dari grafik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa upaya guru dengan berbagai metode yang mengutamakan forum diskusi ternyata menjadikan siswa aktif dan menjadikan diskusi sebagai suatu kebutuhan dalam pemahaman materi. Hal ini terlihat jelas pada grafik di atas.

Aktivitas memperhatikan penjelasan dari guru akan terjadi jika sistem pembelajaran dan manajemen kelas dilakukan dengan baik. Dalam arti guru kreatif menjadikan suasana kelas santai namun bermakna sehingga semua siswa enjoy. Nuansa pembelajaran yang menarik dan kelihaian guru dalam menarik perhatian kelas dan mempersiapkan masa peralihan dengan baik akan menjadikan siswa senang dan membutuhkan penjelasan guru.

Kondisi aktivitas ini dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

            Dari grafik di atas terlihat adanya peningkatan aktivitas memperhatikan penjelasan guru, sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pengajaran guru dengan berbagai variasi metode telah menjadikan siswa merasa membutuhkan penjelasan guru sebagai salah satu upaya untuk pemahaman mereka terhadap mata pelajaran PAI.

Aktivitas negatif seperti mengantuk, ngobrol dengan teman diluar topik pelajaran, sering bolos pada waktu pelajaran, terlihat tidak senang ketika pelajaran dan lain-lain akan timbul jika suasana pembelajaran yang tercipta tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berekspresi.

Manajemen kelas yang tidak menarik dan terkesan monoton adalah faktor utama aktivitas negatif timbul, sehingga peran guru sebagai fasilitator sangat penting. Apabila guru memerankan dirinya sebagai fasilitator dalam pembelajaran, siswa merasa terhargai dan berusaha untuk memunculkan berbagai potensinya. Kalau suasana pembelajaran terjadi seperti ini maka aktivitas negatif akan berkurang bahkan tidak muncul. Hal ini dapat dilihat dengan grafik sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

            Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.      Upaya untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap materi pelajaran agama Islam dapat dilakukan dengan memahami karakteristik siswa dari aspek perkembangan psikologis dan intelektual. Dengan adanya pemahaman tersebut, dapat diciptakan berbagai strategi pengajaran variasi metode pembelajaran dan variasi kondisi tempat belajar. Implementasi teori Multipel Intelligences dalam kelas menjadikan guru sebagai fasilitator bagi siswa karena guru memahami bahwasannya setiap siswa memiliki karakteristik inteligensi yang berbeda. Dari perbedaan karakteristik ini melahirkan gaya belajar yang berbeda pula. Peran guru sebagai fasilitator dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami pelajaran PAI sesuai dengan daya belajar yang beraneka ragam tersebut sangat penting diterapkan dengan menggunakan strategi pengajaran Multipel Intelligences dengan berbagai teknik dan metode yang menyenangkan. Strategi pengajaran tersebut adalah strategi pengajaran linguistik, strategi pengajaran matematis-logis, strategi pengajaran audio-visual, strategi pengajaran kinestetis-jasmani, strategi pengajaran musikal, strategi pengajaran interpesonal, strategi pengajaran intrapersonal, dan strategi pengajaran naturalis dimana dalam pelaksanaannya guru berkreasi dengan berbagai metode.

2.      Dengan implementasi teori Multiple Intelligences dapat meningkatkan minat belajar siswa, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pada indikator aktivitas minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran meliputi :

a.   Siswa aktif bertanya pada teman atau guru pada siklus I sebesar 21 %, siklus II sebesar 44,7 %, dan siklus III sebesar 77,5 %.

b.      Siswa aktif menjawab pertanyaan guru pada siklus I sebesar 21 %, siklus II sebesar 35,5 %, dan siklus III sebesar 38,1 %.

c.       Siswa aktif mencatat penjelasan guru pada siklus I sebesar 15,7 %, siklus II sebesar 27,6 %, dan siklus III sebesar 46 %.

d.      Siswa aktif menyimak buku pelajaran pada siklus I sebesar 26,3 %, siklus II sebesar 68,3 %, dan siklus III sebesar 100 %.

e.       Siswa aktif bersedia menerima tugas pada siklus I sebesar 36,8 %, siklus II sebesar 75 %, dan siklus III sebesar 100 %.

f.       Siswa aktif mengkomunikasikan hasil pekerjaan pada siklus I sebesar 27,6 %, siklus II sebesar 65,7 %, dan siklus III sebesar 89,5 %.

g.      Siswa aktif berdiskusi dengan teman pada siklus I sebesar 39,4 %, siklus II sebesar 77,5 %, dan siklus III sebesar 92,1 %.

h.      Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru pada siklus I sebesar 39,5 %, siklus II sebesar 68,3 %, dan siklus III sebesar 94,7 %.

i.        Siswa beraktivitas negatif penurunan pada siklus I sebesar 39,4 %, siklus II sebesar 9,1 %, dan siklus III tidak ada sama sekali (0 %).

 

 

 

B.     Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dicapai, peneliti memberikan saran baik untuk sekolah, guru maupun siswa, sebagai berikut :

1.      Sekolah

a.       Sekolah hendaknya memberikan fasilitas media pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman kepada siswa dalam menerima pelajaran.

b.      Sekolah hendaknya memberikan kondisi tempat belajar yang variatif yaitu disediakan tempat-tempat bernuansa natural seperti taman, kebun percobaan, yang dapat digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran.

c.       Sekolah hendaknya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memberikan pelatihan-pelatihan “Guru Kecerdasan Majemuk” dengan tujuan meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar dan juga mengembangkan wawasan guru dalam kemajuan metode pembelajaran di dunia pendidikan.

 

2.      Guru

a.       Memahami karakteristik siswa baik dari sisi psikologis yang berupa perilaku maupun intelektual untuk menyelaraskan suasana pembelajaran yang akan diciptakan.

b.      Menerapkan manajemen kelas dalam setiap kegiatan pembelajaran seperti menarik perhatian kelas, mempersiapkan masa peralihan, mengkomunikasikan peraturan kelas, membentuk kelompok, menangani perilaku individu dan menggunakan perspektif yang lebih luas.

c.       Menggunakan berbagai strategi pengajaran Multiple Intelligences untuk meningkatkan minat belajar siswa dengan cara memposisikan diri benar-benar sebagai fasilitator untuk menfasilitasi berbagai macam gaya belajar siswa yang beraneka ragam.

3.      Siswa

Hasil dari penelitian tindakan ini perlu menjadi referensi bagi semua pelaku di bidang pendidikan sebagai upaya menjadikan ilmu pengetahuan sebagai kebutuhan.

 

C.    Kata Penutup

            Alhamdulillah berkat rahmat, taufik, hidayah, serta inayahNya, penelitian ini dapat terselesaikan.

Peneliti sudah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan untuk menyelesaikan penelitian ini, namun apabila ada kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini, penulis memohon saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

 

Anas Sudjono, Tehnik Evaluasi Pendidikan : Suatu Pengantar, Yogyakarta : Rama, 1986.

 

—————–, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Rajawali Press, 1997.

 

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Andi Offset, 1997.

 

Depag. RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung : Diponegoro, 2003.

 

————, Keterpaduan Materi Agama Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta : Ditjen Binbaga Islam, 2004.

 

———–, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan Kependidikan Guru Agama Islam, 1985/1986.

 

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1977.

 

———-, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bandung : Citra Umbana, 2003.

 

Elliot Stephen N., Educational Psychology, Amerika : Von Hoffman Press, 2000.

 

Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Social, Bandung : Aluni, 1989.

 

Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta : FE UII, 1982.

 

Muhammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.

 

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rosda Karya, 1995.

 

Nur Hasanah, Bahan Kuliah Pengembangan Kurikulum PAI, Yogyakarta : Tidak terbit, 2007.

 

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

 

Omi Kartawidjaja, Metode Mengajar, Jakarta : Depdikbud, 1988.

 

Rifa’i Abu Bakar, Teori-teori Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta : STAIMS Press, 2005.

 

Singer Kurt, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Bandung : Remadja Karya, 1987.

 

Sri Rumini, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : FIP UNY, 1995.

 

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rinika Cipta, 1993.

 

Suryobroto, Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru Dalam Proses Belajar Mengajar, Yogyakarta : Amarta Buku, 1986.

 

Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, Yogyakarta : Andi Offset, 2001.

 

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta, 2005.

 

The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, Yogyakarta : Liberty, 1994.

 

Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara (Terjemahan Yudhi Murtanto), Bandung : Kaifa, 2002.

 


[1] Muhammad Jawwad  Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Tiawa Wacana, 2002), hlm. 209.

[2] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2005), hlm. 23.

[3] Thomas Amstrong, Op. Cit., hlm. 79.

[4] Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta : Andi Offset, 2001), hlm. 79.

[5] Ibid., hlm. 87.

[6] Yudhi Murtanto, Op. Cit., hlm. 1.

[7] Ibid., hlm. 2.

[8] Ibid., hlm. 99.

[9] Ibid., hlm. 91.

[10] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : Andi Offset, 1997), hlm. 38.

[11] The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, (Yogyakarta : Liberty, 1994), hlm. 130.

[12] Singer Kurt, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Bandung : Remadja Karya, 1987), hlm. 78.

[13] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rosda Karya, 1995), hlm. 132.

[14] The Ling Gie, Op. Cit., hlm. 28.

[15] Ibid., hlm. 8.

[16] The Liang Gie, Op. Cit., hlm. 57.

[17] Nur Hasanah, Bahan Kuliah Pengembangan Kurikulum PAI, (Yogyakarta : Tidak terbit, 2007), hlm. 256.

[18] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm. 27.

[19] Omi Kartawidjaja, Metode Mengajar, (Jakarta : Depdikbud, 1988), hlm. 3.

[20] Suryobroto, Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta : Amarta Buku, 1986), hlm. 77).

[21] Ibid., hlm. 19.

[22] Dapag. RI., Pedoman Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1985/1986), hlm. 5.

[23] Depag. RI., Loc. Cit.

[24] Depag. RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : CV. Diponegoro, 2003), hlm. 40.

[25] Ibid., hlm. 114.

[26] Depag. RI., Op. Cit., hlm. 6.

[27] Depag. RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : CV. Diponegoro, 2003), hlm. 434.

[28] Depag. RI., Keterpaduan Materi PAI dengan IPTEK, (Jakarta : Ditjen Binbaga Islam, 2004), hlm. 1.

[29] Sisdiknas, (Bandung : Citra Umbara, 2003), hlm. 6.

[30] Ibid., hlm. 7.

[31] Sri Rumini, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : FIP-UNY, 1995), hlm. 31.

[32] Ibid., hlm. 37.

[33] Nur Hasanah, Bahan Kuliah Pengembangan Kurikulum PAI, (Yogyakarta : TP, 2007), hlm. 5.

[34] Suryobroto, Op. Cit., hlm. 15.

PEDOMAN AKADEMIK

PEDOMAN AKADEMIK

Berdasarkan SK STAIMS Yogyakarta

Nomor 66 Tahun 2010

Disusun oleh Tim :

Drs. H. Sayuti, M.Pd (Penanggungjawab)

Drs. Rifai Abubakar, MA (Ketua)

Azis Abdullah, S.Ag., MA (Sekretaris)

Dailatus Syamsiyah, S.Ag., M.Ag (Anggota)

Dra. Hj. Sutinah, M.Pd (Anggota)

Muhamad Syahidin, S.Ag., M.Si (Anggota)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

MASJID SYUHADA

YOGYAKARTA

2010

SAMBUTAN KETUA

Alhamdulillah dengan usaha yang sungguh-sungguh tim telah menyelesaikan penyusunan pedoman akademik STAIMS Yogyakarta yang menjadi pedoman bagi pimpinan, karyawan, dosen dan para mahasiswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.

Kepada tim dihaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya semoga menjadi amal kebaikan yang mendapat ganjaran dari Allah SWT.

Yogyakarta, 21 Januari 2010

Ketua STAIMS

Drs. H. Sayuti, M.Pd

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Kata Sambutan Ketua

BAB I     PERKEMBANGAN STAIMS ………………….………..  5

A.    Awal Berdirinya ………………………….…………..  5

B.     Pengakuan Pemerintah …………………….…………  5

C.     Keunikan dan Nilai Plus ………………………………  7

D.    Periodesasi Kepemimpinan …………………………..  8

E.     Organisasi …………………………………………….11

BAB II   PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ……………..…….18

A.    Kurikulum …………………………………………….18

B.     Mata Kuliah …………………………………….……. 19

C.     Program Studi ………………………………………….20

BAB III  JENJANG JABATAN, PANGKAT DAN TUGAS POKOK

DOSEN …………………………………………………….34

A.    Jenjang Jabatan dan Pangkat …………………………..34

B.     Ringkasan Tugas Pokok Dosen Menurut Jabatan ……..35

C.     Ekuivalen Tugas-tugas Dosen …………………………37

D.    Pedoman Satuan Kredit Semester …………………….42

BAB IV  SISTEM ADMINISTRASI AKADEMIK …………………58

A.    Pendaftaran Mahasiswa Baru …………………………58

B.     Pendaftaran Ulang Mahasiswa Baru ……….…………58

C.     Pendaftaran Mahasiswa Lama …………………………58

D.    Cuti Akademik ……………………………….………..59

E.     Mahasiswa Pindahan ………………………………….60

F.      Mahasiswa Pendengar …………………………………60

G.    Teknik Pengambilan KRS …………………………….60

H.    Jadual kegiatan Akademik ……………………………61

I.       Jadual Kuliah …………………………………………61

J.       Kuliah dan Presensi …………………………………..62

K.    Kartu Hasil Studi ……………………………………..62

L.     Predikat Kelulusan ……………………………………63

M.   Wisuda ………………………………………………..63

N.    Ijazah …………………………………………………64

O.    Tata Tertib Perkuliahan ………………………………64

P.      Tata Tertib Ujian ……………………………………..65

Q.    Perpustakaan ………………………………………….66

BAB V   KEMAHASISWAAN …………………………..…………70

A.    Hak, Tugas dan Kewajiban Mahasiswa ………………..70

B.     Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan ………72

C.     Kode Etik Mahasiswa …………………………………74

 

 

 BAB I

PERKEMBANGAN STAIMS

A.    Awal Berdirinya

Latar belakang berdirinya STAIMS diawali dengan nama lembaga yang diberinama Universitas Rakyat Pendidikan Tinggi Masjid Syuhada (UNRA PTMS), pada tahun 1961, yang saat itu adalah masa jayanya Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada awalnya pendidikan berlangsung melalui kuliah-kuliah subuh yang berlangsung di Masjid Syuhada Yogyakarta.

Setelah berjalan beberapa waktu, pelaksanaan pendidikan meningkat menjadi semi formal. Tanggapan masyarakat cukup tinggi, terbukti dengan tidak tertampungnya peserta di ruang kuliah di Masjid Syuhada, sehingga mereka berada diluar ruang kampus Masjid Syuhada.

Bagi pengelola kondisi tersebut merupakan kebanggaan sekaligus tantangan. Selanjutnya para pengelola mengajukan peningkatan status ke Departemen Agama. Saat itu kepemimpinan dijabat oleh Prof. Taib Thahir Abd. Muin (alm). Nama yang dipakai dalam usulan ini adalah FID Institut Dakwah Masjid Syuhada (IDMS).

B.     Pengakuan Pemerintah

Usulan untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah melalui Departemen Agama mendapatkan hasil dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor : 70/1968, tanggal 16 April 1968, pimpinan pada waktu mengajukan usulan itu dijabat oleh GBPH Prabuningrat. Kemudian tahun 1988 Institut Dakwah Masjid Syuhada berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Masjid Syuhada (STIDMS) dan mendapat status TERDAFTAR sesuai dengan SK Menteri Agama RI No. 219, tanggal 1 Desember 1988 dengan program Strata Satu ( S 1).

Proses selanjutnya dilakukan usulan untuk mendapatkan status DIAKUI dan memperoleh hasil dengan keluarnya SK Menteri Agama RI Nomor 171 Tahun 1991, tertanggal 6 Agustus 1991 dengan Jurusan Penerangan dan Penyiaran Agama (PPA), dengan pengembangan kampus di Jalan Pringgokusuman No 12 Yogyakarta.

Pada tahun 1996 Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Masjid Syuhada (STIDMS) bermusyawarah dengan pengurus Yayasan Masjid dan Asrama (YASMA) Syuhada untuk menambah jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan merubah nama menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada (STAIMS). Pada saat diusulkan akreditasi ke Badan Akreditasi Nasional (BAN) Perguruan Tinggi, STAIMS Yogyakarta memperoleh status sebagai berikut:

1.      Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) TERAKREDITASI dengan predikat B (mandiri).

2.      Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) TERAKREDITASI C (mandiri).

Perkembangan selanjutnya pada tahun 2003 STAIMS melakukan kerjasama dengan Wanita Islam Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk membuka Program Studi Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak Islam (PGTKI) dengan jenjang Diploma II (D II). Kondisi masyarakat yang ingin segera mendapatkan bekal untuk bertugas/bekerja ternyata terbukti dengan banyaknya warga masyarakat yang mengikuti program studi PGTKI tersebut, sehingga Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan kerjasama dengan STAIMS dalam hal Pendidikan Agama Islam dengan Surat Keputusan Bersama.

C.    Keunikan dan Nilai Plus

Selain faktor tersebut di atas yang menjadi pendorong lahirnya STAIMS, ada pula beberapa faktor yang menarik untuk dikemukakan yaitu:

1.      Masjid Syuhada yang menaungi STAIMS merupakan monumental historis, didirikan untuk mengenang jasa para pahlawan atau syuhada yang telah gugur demi membela kebenaran dan mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

2.      Peralihan nama dari UNRA PTMS ke FID IDMS bertepatan dengan peristiwa Yogya Kembali pada tanggal 29 Juni 1961 dan semangat ini yang selalu menapasi derap langkah perjuangan STAIMS dalam mengabdikan diri kepada Bangsa dan Negara.

3.      STAIMS pernah memiliki seorang Rektor yang menjabat dua periode yakni GBPH Prabuningrat (Almarhum) yang selama masa perjuangannya sebagai mujahid dengan ikhlas mengabdikan dirinya untuk menegakkan amar makruf nahi munkar melalui Masjid Syuhada, adalah seorang figur pemimpin yang langka ditemukan. Semangat inilah yang dijadikan contoh tauladan bagi civitas akademika STAIMS.

4.      Di dunia Islam hanya ada dua Negara yang mempunyai Perguruan Tinggi Islam di bawah naungan masjid yang salah satunya ada di Indonesia, yaitu STAIMS yang berada di bawah naungan Yayasan Masjid dan Asrama Syuhada (YASMA). Oleh karena itu STAIMS merupakan pelopor pertama bagi lahirnya berbagai Perguruan Tinggi Islam di lingkungan masjid di Indonesia. Sebuah perpaduan yang unik, tetapi anggun untuk melahirkan peradaban yang humanis bagi generasi mendatang.

D.    Periodesasi Kepemimpinan

1.      Periode Tahun 1962 – 1965

Rektor        : Prof. Taib Thahir Abd. Mu’in (Alm)

Dekan         : Drs. Wiji Saksono (Alm)

Wakil          : Drs. Salahuddin Sanusi

2.      Periode Tahun 1965 – 1968

Rektor        : Moh. Saleh Widisastra (Alm)

Dekan         : Drs. Talhas

Wakil          : Drs. Abdurahman Musa

3.      Periode Tahun 1968 – 1982

Rektor        : GBPH Prabuningrat (Alm)

Dekan         : Drs. H.M. Husein Yusuf (Alm)

Wakil          : Drs. Habdja

Wakil          : Drs. Marzuki Rasyid

4.      Periode Tahun 1982 – 1986

Dekan         : Drs. M. Masyhuri HN

Wakil          : Drs. RMA. Hanafi

5.      Periode Tahun 1986 – 1990

Dekan         : Drs. M. Masyhuri HN

Wakil          : Drs. RMA. Hanafi

6.      Periode Tahun 1990 – 1992

Ketua                         : Drs.  M. Masyhuri HN

Pembantu Ketua I      : Drs. RMA. Hanafi

Pembantu Ketua II    : Drs. Djawal Sholihin

Pembantu Ketua III   : Drs. Rifa’i Abubakar

7.      Periode Tahun 1992 – 1994

Ketua                         : Drs. H. M. Masyhuri HN

Pembantu Ketua I      : Drs. Rifa’i Abubakar

Pembantu Ketua II    : Drs. H. RMA. Hanafi

Pembantu Ketua III   : Drs. Djawal Sholihin

8.      Periode Tahun 1994 – 1997

Ketua                         : Drs. H. Djawal Sholihin

Pembantu Ketua I      : Drs. Rifa’i Abubakar

Pembantu Ketua II    : Drs. H. Ridwan Usman

Pembantu Ketua III   : Drs. Ishak H. Ibrahim (Alm) dan

dilanjutkan oleh Drs. Daliman

9.      Periode Tahun 1998 – 2001

Ketua                         : Drs. H. RMA. Hanafi

Pembantu Ketua I      : Drs. H. Mundzirin Yusuf

Pembantu Ketua II    : Drs. H. Ridwan Usman

Pembantu Ketua III   : Azis Abdullah S.Ag

10.  Periode Tahun 2002 – 2006

Ketua                         : Drs. H. RMA. Hanafi

Pembantu Ketua I      : Drs. H. Sayuti, M.Pd

Pembantu Ketua II    : M. Syahidin, S.Ag., M.Si

Pembantu Ketua III   : Dra. Sutinah, M.Pd

11.  Periode Tahun 2008 – 2012

Ketua                         : Drs. H. Sayuti, M.Pd

Pembantu Ketua I      : Drs. Rifa’i Abubakar, MA

Pembantu Ketua II    : M. Syahidin, S.Ag., M.Si

Pembantu Ketua III   : Dailatus Syamsiyah, S.Ag., M.Ag

E.     Organisasi

Pada periode 2008-2012, kepemimpinan Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada (STAIMS) Yogyakarta, terdiri dari:

1.    Ketua

a.  Ketua bertanggung jawab kepada ketua Senat STAIMS dan   YASMA Syuhada.

b. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, Ketua dibantu oleh 3 (tiga) orang Pembantu Ketua.

c.  Ketua mempunyai tugas memimpin, penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat, membina tenaga kependidikan, mahasiswa dan tenaga administrasi.

d.                  Ketua STAIMS dapat mengusulkan kurikulum lokal  yang  disesuaikan dengan kebutuhan atas persetujuan Senat

e.  Ketua STAIMS berkewajiban menyelenggarakan rapat dosen sekurang-kurangnya 1 (satu)   kali dalam setahun.

 

 

 

2.   Pembantu Ketua

a.       Pembantu Ketua I  bidang pendidikan dan pengajaran mempunyai tugas membantu Ketua dalam memimpin pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Pembantu Ketua I mempunyai fungsi penilikan dan pengkoordinasian sebagai  berikut  :

1)  Perumusan konsep rencana dan program kerja bidang

pendidikan dan pengajaran.

2)  Pelaksanaan pengembangan pendidikan dan pengajaran.

3) Pembinaan tenaga dosen.

4)  Perencanaan dan pelaksanaan kerja sama pendidikan dan

pengajaran.

5)  Pengelolaan data pendidikan dan pengajaran.

6)  Pelaksanaan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan

kegiatan dan penyusunan laporan.

7) Pembinaan dan Penyelenggaraan Perpustakaan.

Untuk melaksanakan hal tersebut, Pembantu Ketua I

mempunyai tugas sebagai berikut:

1)                  Mengatur pelaksanaan kuliah.

2)      Mengatur pelaksanaan ujian masuk mahasiswa baru,  ujian tengah semester dan pelaksanaan ujian semester.

3)      Mengatur pembinaan tenaga pengajar.

4)      Menyusun pelaksanaan perhitungan indek prestasi.

5)      Menyusun daftar tenaga pengajar dan pendistribusian nilai.

6)      Mencatat kemajuan belajar siswa.

7)      Mendokumentasikan nilai mahasiswa.

8)      Menyusun jadwal kuliah.

9)      Mengatur  ruang kuliah.

10)  Mengatur perubahan jadwal kuliah.

11)  Mengatur Dosen Penasehat Akademik.

12)  Mengatur pelaksanaan wisuda sarjana.

13)  Melakukan pengembangan Silabi.

14)  Memasukkan nilai ke dalam buku nilai dan KRS.

15)  Mengumpulkan, mengolah dan melaporkan data pendidikan dan pengajaran.

16)  Mengatur penulisan skripsi.

17)  Mempertimbangkan judul skripsi mahasiswa.

18)  Menetapkan dosen pembimbing.

19)  Mengatur pelaksanaan seminar dan munaqashah.

b. Pembantu Ketua II (bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan Kerjasama) mempunyai tugas membantu Ketua dalam memimpin pelaksanaan kegiatan penelitian,  pengabdian masyarakat dan kerjasama.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Pembantu Ketua II mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Perumusan konsep dan rencana kerja penelitian dan

Pengabdian kepada masyrakat.

2)      Pelaksanaan pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

3)      Perencanaan dan pelaksanaan kerja sama penelitian kepada masyarakat.

4)      Pengelolaan data penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

5)      Merumuskan konsep dan  pelaksanaan  kerjasama

Untuk melaksanakan fungsi tersebut, Pembantu Ketua II mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

1) Mengatur pelaksanaan penelitian mahasiswa dan Dosen.

2)      Mengatur pelaksanaan pengabdian kepada Masyarakat.

3)      Mengatur pembinaan tenaga peneliti.

4)      Mengatur pelaksanaan pembinaan dosen peneliti dan pembimbing lapangan KKN.

5)      Mengatur pelaksanaan administrasi bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

6)      Mengumpulkan, mengolah dan melaporkan data hasil pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama

c. Pembantu Ketua III (Bidang Administrasi Umum,  Kemahasiswaan dan Alumni ) mempunyai tugas membantu Ketua dalam memimpin pelaksanaan kegiatan administrasi umum,  Kemahasiswaan dan Alumni.

Untuk menyelenggarakan hal tersebut, Pembantu Ketua III mempunyai tugas sebagai berikut:

1)     Perumusan konsep dan rencana kerja bidang administrasi

umum dan kemahasiswaan.

2)     Pengelolaan kepegawaian.

3)      Pengelolaan perlengkapan.

4)      Pengelolaan kerumahtanggaan, pemeliharaan, ketertiban, dan keamanan lingkungan.

5)      Pengurusan ketatausahaan.

6)      Penyelenggaraan hubungan masyarakat.

7)      Pengelolaan data administrasi umum dan kemahasiswaan.

8)      Pelaksanaan pembinaan mahasiswa.

9)      Pelaksanaan usaha kesejahteraan mahasiswa dan usaha bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa.

10)  Pelaksanaan usaha pengembangan yang kondusif dan pelaksanaan diprogramkan.

11)  Penciptaan iklim pendidikan yang kondusif dan pelaksanaan program pembinaan, pemeliharaan kesatuan dan persatuan bangsa.

12)  Melakukan  komunikasi  dan   koordinasi  dengan pihak yang bekerjsama

Untuk melaksanakan hal tersebut, Pembantu Ketua III mempunyai tugas sebagai berikut:

1)      Mengatur rencana kebutuhan belanja untuk membiayai seluruh

kegiatan.

2)      Mengusulkan kebutuhan belanja yang diperlukan kepada Ketua untuk memperoleh persetujuan.

3)      Mengatur rencana dan atau pelaksanaan pengelolaan anggaran sesuai dana yang tersedia.

4)      Mengatur pertanggungjawaban pengelolaan anggaran.

5)      Mengatur pembinaan pegawai.

6)      Mengatur daftar pegawai dan dosen yang berkaitan dengan kenaikan gaji berkala dan kenaikan gaji atas dasar kepangkatan dan jabatan Tenaga Pengajar.

7)      Mengatur dan menyalurkan kesejahteraan pegawai.

8)      Mengatur daftar kebutuhan perlengkapan STAIMS.

9)      Mengajukan daftar kebutuhan perlengkapan STAIMS.

10)  Mengatur penggunaan dan melaporkan keadaan perlengkapan.

11)  Mengatur dan memeliharan kebersihan, keindahan, dan perlengkapan.

12)  Mengatur tata  ruang kampus.

13)  Mengatur tempat-tempat upacara, urusan keprotokolan.

14)  Mengatur kegiatan ketatausahaan, dan kegiatan kearsipan.

15)  Mengatur urusan dokumentasi dan publikasi.

BAB II

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

 

A.    Kurikulum

Dalam melaksanakan perkuliahan STAIMS menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS). Setiap tahun ajaran (tahun akademik) dibagi menjadi dua semester; semester gasal dan semester genap. Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa disebutkan bahwa kurikulum Pendidikan Tinggi harus didasarkan pada pendekatan kompetensi program studi yang berorientasi internasional dan globalisasi. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Kurikulum yang mengembangkan kompetensi terdiri dari :

1.      Kompetensi utama yang bersifat dasar untuk mencapai kompetensi lulusan, acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi, berlaku secara nasional dan internasional, lentur dan akomodatif terhadap perubahan yang sangat cepat di masa datang dan kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi dan pengguna lulusan.

2.      Kompetensi pendukung dan kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama, dengan elemen-elemen terdiri dari :

a.       Landasan kepribadian

b.      Penguasaan ilmu dan ketrampilan

c.       Kemampuan berkarya

d.      Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang dikuasai.

e.       Pemahaman kaidah berkepribadian dan bermasyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya.

B.     Mata Kuliah

Elemen-elemen kompetensi itu dapat diimplementasikan ke dalam lima kelompok Mata Kuliah yaitu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB), yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.      Kelompok MPK adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

2.      Kelompok MKK adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan ketrampilan tertentu.

3.      Kelompok MKB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan  berdasarkan  ilmu dan ketrampilan yang dikuasai.

4.      Kelompok MPB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai.

5.      Kelompok MBB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

C.    Program Studi

Pada periode 2008-2012 Program Studi yang ada di STAIMS terdiri dari :

1.      Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yang merupakan program studi jurusan dakwah. Adapun visi, misi dan tujuan dari prodi tersebut adalah :

a.       Visi Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) adalah menjadi program studi yang menguasai teknologi penyiaran Islam dalam rangka membentuk da’i yang profesional dan berkepribadian Muslim.

b.      Misi Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) adalah :

1)      Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional di bidang dakwah Islam.

2)      Menyelenggarakan penelitian di bidang ilmu-ilmu ke-Islaman terutama dakwah.

3)      Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat.

4)      Menyelenggarakan kerjasama dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan dan dakwah Islam.

c.       Tujuan Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) adalah menghasilkan sarjana muslim yang mampu di bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam rangka menjadi da’i di masyarakat luas.

d.      Kompetensi Lulusan dan Indikator

Kompetensi Utama

No

Kompetensi Lulusan

Indikator Kompetensi

1

Memiliki pengetahuan tentang agama Islam secara komprehensif a.    Memahami dan mendeskripsikan ajaran Islam: Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq/Tasawuf.

b.    Mendeskripsikan dan menganalisis aliran/mazhab dalam kalam/fiqh Islam.

c.    Mendeskripsikan dan menganalisis Sejarah Kebudayaan Islam.

d.    Mengaktualisasikan ajaran Islam dalam kehidupan masa kini.

2

Memiliki pengetahuan tentang konsep Dakwah Islama. Mendeskripsikan dan menganalisis Filsafat Dakwah.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis prinsip-prinsip dakwah.

c.  Mendeskripsikan pendekatan dan metode dakwah.

d. Mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan lembaga-lembaga dakwah.

3

Memiliki pengetahuan tentang teori-teori dan metodologi komunikasia.  Mendeskripsikan dan menganalisis teori-teori komunikasi.

b.  Mendeskripsikan dan menganalisis pendekatan dan metode komunikasi.

c.  Mendeskripsikan media komunikasi.

4

Terampil menerapkan teori-teori dan metodologi Komunikasi dan Penyiaran Islama.   Terampil mengkomunikasikan dan menyiarkan ajaran Islam secara efektif.

b.   Terampil membuat dan menggunakan berbagai media komunikasi dalam menyiarkan ajaran Islam.

c.   Terampil melakukan penelitian di bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam.

5

Memiliki komitmen keberagaman dan keilmuan di bidang Komunikasi dan Penyiaran Islama. Berkepribadian sebagai sarjana muslim yang komunikatif.

b. Memiliki sikap terbuka, profesional, dan gairah pengembangan keilmuan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

e.       Distribusi Mata Kuliah Berdasarkan Elemen Kompetensi

KOMPETENSI: PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (MPK)

NO

MATA KULIAH

SKS

KOMPETENSI

1

PPKn

2

Pendukung

2

Ilmu Kalam

2

Utama

3

Akhlak Tasawuf

3

Utama

4

IAD/IBD/ISD

3

Pendukung

5

Sejarah Agama-agama

2

Utama

6

Islam dan Budaya Jawa

2

Utama

7

Filsafat Ilmu

2

Pendukung

 

 

16

 

KOMPETENSI: KEILMUAN DAN KETRAMPILAN (MKK)

NO

MATA KULIAH

SKS

KOMPETENSI

1

Bahasa Indonesia

2

Utama

2

Bahasa Inggris

6

Pendukung

3

Bahasa Arab

8

Utama

4

Pengantar Studi Islam

3

Pendukung

5

Ushul Fiqh

3

Utama

6

Ulumul Hadits

3

Utama

7

Ulumul Qur’an

3

Utama

8

Metode Penelitian

3

Pendukung

9

Statistik

3

Pendukung

10

Sejarah Dakwah

3

Utama

11

Ilmu Dakwah

3

Utama

12

Psikologi Dakwah

3

Utama

13

Retorika Dakwah

3

Utama

14

Metodologi Penelitian Dakwah

3

Utama

15

Filsafat Dakwah

3

Utama

 

 

52

 

KOMPETENSI: KEAHLIAN BERKARYA (MKB)

NO

MATA KULIAH

SKS

KOMPETENSI

1

Psikologi Sosial

3

Pendukung

2

Produksi Siaran RTF

3

Utama

3

Bimbingan dan Konseling

2

Pendukung

4

Psikologi Islam

3

Pendukung

5

Bimbingan Penulisan Skripsi

2

Utama

6

Public Relation

3

Utama

7

Periklanan

2

Utama

8

Reporting

3

Utama

9

Penulisan artikel dan naskah

3

Utama

10

Jurnalistik

3

Utama

 

 

27

 

KOMPETENSI: PERILAKU BERKARYA (MPB)

NO

MATA KULIAH

SKS

KOMPETENSI

1

Hadits

3

Utama

2

Tafsir

3

Utama

3

Fiqh Kontemporer

2

Utama

4

Orientalisme

2

Pendukung

5

Sejarah Peradaban Islam

3

Utama

6

Skripsi

6

Pendukung

7

Tahsin Al Quran

2

Pendukung

8

Praktek Dakwah

3

Utama

9

Seni Baca Al Quran

2

Pendukung

10

Manajemen Dakwah

3

Utama

 

 

29

 

KOMPETENSI: BERKEHIDUPAN BERMASYARAKAT (MBB)

NO

MATA KULIAH

SKS

KOMPETENSI

1

Kewirausahaan

3

Pendukung

2

Komputerisasi

2

Pendukung

3

KKN

4

Pendukung

4

Ilmu Komunikasi

3

Pendukung

5

Fiqh Siyasah

2

Pendukung

6

Sosiologi Dakwah

3

Pendukung

7

Patologi Sosial

3

Pendukung

 

 

20

 

 

JUMLAH TOTAL

144

 

f.       Penyebaran SKS Mata Kuliah

SEMESTER I

NO

MATA KULIAH

SKS

1

PPKn

2

2

Bahasa Indonesia

2

3

Tahsin Al Quran

2

4

Pengantar Studi Islam

3

5

Bahasa Arab I

3

6

Bahasa Inggris I

3

7

Komputerisasi

2

8

IAD/IBD/ISD

3

 

 

20

SEMESTER II

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Ushul Fiqh

3

2

Filsafat Ilmu

2

3

Seni Baca Al Quran

2

4

Fiqh Kontemporer

2

5

Bahasa Arab II

3

6

Bahasa Inggris II

3

7

Ulumul Hadits

3

8

Ulumul Qur’an

3

 

 

21

SEMESTER III

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Akhlak Tasawuf

3

2

Kewirausahaan

3

3

Sejarah Agama-agama

2

4

Sejarah Peradaban Islam

3

5

Bahasa Arab III

2

6

Psikologi Islam

3

7

Orientalisme

2

8

Bimbingan dan Konseling

2

 

 

20

SEMESTER IV

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Tafsir

3

2

Patologi Sosial

3

3

Sejarah Dakwah

3

4

Psikologi Dakwah

3

5

Ilmu Dakwah

3

6

Jurnalistik

3

7

Retorika Dakwah

3

 

 

21

SEMESTER V

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Statistik

3

2

Hadits

3

3

Manajemen Dakwah

3

4

Filsafat Dakwah

3

5

Ilmu Kalam

2

6

Public Relation

3

7

Metodologi Penelitian

3

 

 

20

SEMESTER VI

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Metode Penelitian Dakwah

3

2

Psikologi Sosial

3

3

Bimbingan Penulisan Skripsi

2

4

Periklanan

2

5

Produksi Siaran RTF

3

6

Reporting

3

7

Sosiologi Dakwah

3

 

 

19

SEMESTER VII

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Fiqh Siyasah

2

2

Praktek Dakwah

3

3

Penulisan Artikel dan Naskah

3

4

Ilmu Komunikasi

3

5

Islam dan Budaya Jawa

2

 

 

13

 

 

 

 

 

SEMESTER VIII

NO

MATA KULIAH

SKS

1

KKN

4

2

Skripsi

6

 

 

10

 

JUMLAH TOTAL

144

2.      Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang merupakan prodi jurusan Tarbiyah (pendidikan). Adapun visi, misi dan tujuan serta kompetensi dari prodi tersebut adalah :

a.       Visi Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah menjadi program studi yang menguasai teknologi kependidikan Islam dalam rangka membentuk tenaga kependidikan yang profesional dan berkepribadian Muslim.

b.      Misi Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI)

1)      Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional di bidang pendidikan.

2)      Menyelenggarakan penelitian di bidang ilmu-ilmu ke-Islaman terutama kependidikan.

3)      Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat.

4)      Menyelenggarakan kerjasama dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan dan kependidikan Islam.

c.       Tujuan Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah menghasilkan sarjana muslim yang mampu menjadi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di madrasah dan sekolah pada jenjang pendidikan Dasar dan Menengah.

d.      Kompetensi Lulusan dan Indikator

1)      Kompetensi Utama

No

Kompetensi Lulusan

Indikator Kompetensi

1

Memiliki pengetahuan tentang agama Islam secara komprehensif a.    Mendeskripsikan ajaran agama Islam secara komprehensif.

b.    Mendeskripsikan secara mendalam ilmu Tafsir Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh atau Sejarah Peradaban Islam (sebagai peminatan).

2

Memiliki pengetahuan tentang teori dan metodologi dalam pendidikana. Mendeskripsikan dan menganalisis Filsafat Pendidikan.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis teori-teori pendidikan.

c. Mendeskripsikan dan menganalisis metodologi pembelajaran pendekatan, metode, media dan evaluasi.

3

Memiliki pengetahuan tentang teori dan metodologi dalam pendidikan Islama.   Mendeskripsikan dan menganalisis Filsafat Pendidikan Islam.

b.   Mendeskripsikan dan menganalisis sejarah perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam.

c.    Mendeskripsikan metode khusus pembelajaran agama Islam.

4

Terampil mengajar Pendidikan Agama Islama.   Terampil membuat administrasi pembelajaran.

b.   Terampil mengelola kegiatan belajar mengajar.

c.   Terampil menerapkan strategi pembelajaran.

d.   Terampil membuat dan menggunakan media pembelajaran.

e.   Terampil mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

f.    Terampil melakukan penelitian di bidang Pendidikan Agama Islam.

5

Memiliki komitmen keberagamaan dan keilmuan di bidang Pendidikan Agama Islama. Berkepribadian sebagai guru muslim yang ahli dalam Pendidikan Agama Islam.

b. Memiliki sikap terbuka, profesional, dan gairah pengembangan keilmuan dalam Pendidikan Agama Islam.

2)      Kompetensi Pendukung

No

Kompetensi Lulusan

Indikator Kompetensi

1

Memiliki kemampuan Qira’atul Qur’an a.       Dapat membaca Al Quran dengan lagu tertentu.

b.       Memahami Ilmu Tajwid sederhana.

2

Menguasai bidang kewirausahaan tertentua.       Dapat menjelaskan tentang jenis usaha sederhana.

b.       Terampil dalam menyajikan hasil usaha yang telah diproduksi.

c.        Dapat menampilkan sikap berwirausaha.

3

Memahami bahasa asing pendukung model pembelajaran tertentua.       Menguasai pola kalimat asing secara sederhana.

b.       Dapat menampilkan kalimat-kalimat yang digunakan secara harian

e.       Distribusi Mata Kuliah Berdasarkan Elemen Kompetensi

KOMPETENSI: PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (MPK)

NO

MATA KULIAH

SKS

KOMPETENSI

1

PPKn

2

Pendukung

2

Ilmu Kalam

3

Utama

3

Akhlak Tasawuf

3

Utama

4

IAD/IBD/ISD

3

Pendukung

5

Sejarah Agama-agama

2

Utama

6

Islam dan Budaya Jawa

2

Utama

7

Filsafat Ilmu

2

Pendukung

 

 

17

 

KOMPETENSI: KEILMUAN DAN KETRAMPILAN (MKK)

NO

MATA KULIAH

SKS

KOMPETENSI

1

Bahasa Indonesia

2

Utama

2

Bahasa Inggris

6

Pendukung

3

Bahasa Arab

8

Utama

4

Pengantar Studi Islam

3

Pendukung

5

Ushul Fiqh

3

Utama

6

Ulumul Hadits

3

Utama

7

Ulumul Qur’an

3

Utama

8

Metode Penelitian

3

Pendukung

9

Statistik

3

Pendukung

 

 

34

 

KOMPETENSI: KEAHLIAN BERKARYA (MKB)

NO

MATA KULIAH

SKS

KOMPETENSI

1

Ilmu Pendidikan

3

Utama

2

Psikologi Belajar

3

Utama

3

Kapita Selekta PAI

3

Pendukung

4

Perencanaan Sistem Pengajaran PAI

3

Utama

5

Metode PAI

6

Utama

6

Pengembangan Sistem Evaluasi PAI

3

Utama

7

Bimbingan dan Konseling

3

Pendukung

8

Strategi Pembelajaran

3

Utama

9

Psikologi Islam

3

Pendukung

10

Manajemen Berbasis Sekolah

3

Pendukung

11

Media Pengajaran

3

Pendukung

12

Filsafat Pendidikan Islam

3

Pendukung

13

Pengembangan Kurikulum PAI

3

Utama

14

Perkembangan Peserta Didik

3

Pendukung

15

Sosiologi Pendidikan

2

Pendukung

 

 

47

 

KOMPETENSI: PERILAKU BERKARYA (MPB)

NO

MATA KULIAH

SKS

KOMPETENSI

1

Hadits

3

Utama

2

Tafsir

3

Utama

3

Fiqh Kontemporer

3

Utama

4

Sejarah Pendidikan Islam

3

Pendukung

5

Sejarah Peradaban Islam

3

Pendukung

6

Skripsi

6

Pendukung

7

Tahsin Al Quran

2

Pendukung

8

Materi PAI

3

Utama

9

Seni Baca Al Quran

2

Pendukung

10

Micro Teaching

2

Utama

11

PPL

2

Utama

12

Bimbingan Penulisan Skripsi

2

Pendukung

 

 

35

 

KOMPETENSI: BERKEHIDUPAN BERMASYARAKAT (MBB)

NO

MATA KULIAH

SKS

KOMPETENSI

1

Kewirausahaan

3

Pendukung

2

Komputerisasi

2

Pendukung

3

KKN

4

Pendukung

4

Fiqh Siyasah

2

Pendukung

 

 

11

 

 

JUMLAH TOTAL

144

 

f.       Penyebaran Mata Kuliah Per Semester

SEMESTER I

NO

MATA KULIAH

SKS

1

PPKn

2

2

Bahasa Indonesia

2

3

Tahsin Al Quran

2

4

Pengantar Studi Islam

3

5

Bahasa Arab I

3

6

Bahasa Inggris I

3

7

Komputerisasi

2

8

IAD/IBD/ISD

3

 

 

20

SEMESTER II

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Ushul Fiqh

3

2

Filsafat Ilmu

2

3

Seni Baca Al Quran

2

4

Ulumul Qur’an

3

5

Bahasa Arab II

3

6

Bahasa Inggris II

3

7

Ulumul Hadits

3

 

 

19

SEMESTER III

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Akhlak Tasawuf

3

2

Kewirausahaan

3

3

Sejarah Agama-agama

2

4

Sejarah Peradaban Islam

3

5

Bahasa Arab III

2

6

Psikologi Islam

3

7

Sosiologi Pendidikan

2

8

Bimbingan dan Konseling

2

 

 

20

SEMESTER IV

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Tafsir

3

2

Materi PAI I

2

3

Sejarah Pendidikan Islam

3

4

Perencanaan Sistem Pengajaran PAI

3

5

Ilmu Pendidikan

3

6

Fiqh Kontemporer

3

 

 

17

SEMESTER V

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Statistik

3

2

Hadits

3

3

Metode PAI I

3

4

Materi PAI II

2

5

Ilmu Kalam

3

6

Media Pengajaran

3

7

Metodologi Penelitian

3

8

Pengembangan Kurikulum PAI

3

 

 

23

SEMESTER VI

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Psikologi Belajar

3

2

Metode PAI II

3

3

Bimbingan Penulisan Skripsi

2

4

Manajemen Berbasis Sekolah

3

5

Filsafat Pendidikan Islam

3

6

Perkembangan Peseta Didik

3

 

 

17

SEMESTER VII

NO

MATA KULIAH

SKS

1

Fiqh Siyasah

2

2

Strategi Pembelajaran

3

3

Pengembangan Sistem Evaluasi PAI

3

4

Micro Teaching

2

5

Kapita Selekta Pendidikan Islam

3

6

Islam dan Budaya Jawa

2

 

 

15

SEMESTER VIII

NO

MATA KULIAH

SKS

1

PPL

2

2

KKN

4

3

Skripsi

6

 

 

12

 

JUMLAH TOTAL

144

BAB III

JENJANG JABATAN, PANGKAT DAN TUGAS

POKOK DOSEN

A.    Jenjang Jabatan dan Pangkat

1.      Jabatan fungsional Dosen terdiri atas Dosen pada program pendidikan akademik dan Dosen pada program pendidikan profesional.

2.      Jenjang Jabatan Dosen terdiri dari :

a.       Asisten Ahli, yang pangkatnya meliputi:

Penata Muda, golongan ruang (III/a) dan Penata Muda Tingkat I (III/b).

b.      Lektor, dengan pangkat terdiri dari:

Penata, golongan ruang III/c dan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

c.       Lektor Kepala, dengan pangkat dan golongan ruang terdiri dari:

1)      Pembina, golongan ruang IV/a

2)      Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b

3)      Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c

d.      Guru Besar, dengan pangkat dan golongan ruang:

1) Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/c

2) Pebina Utama, golongan ruang IV/d

B.     Ringkasan Tugas Pokok Dosen Menurut Jabatan

1.      Rincian Kegiatan Asisten Ahli

a.       Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran pada program pendidikan Sarjana/Diploma.

b.      Melaksanakan kegiatan penelitian pada program Sarjana/Diploma, Magister bagi yang berlatar belakang pendidikan Magister/Spesialis I.

c.       Melaksanakan kegiatan penelitian pada program Sarjana/Diploma, Magister dan Doktor bagi yang berlatar belakang pendidikan Doktor/Spesialis II.

2.      Rincian Kegiatan Lektor

Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat pada program pendidikan Sarjana/Diploma, bagi yang berijazah Magister/Spesialis I melaksanakan kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat pada program Magister dan bagi yang berijazah Doktor/Spesialis II melaksanakan kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat pada program pendidikan Doktor.

3.      Rincian Kegiatan Lektor Kepala

a.       Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran mahasiswa pada SO, S1 dan S2 secara mandiri.

b.      Melaksanakan kegiatan penelitian dalam rangka pendidikan dan pengajaran mahasiswa SO, S1 dan S2 atau dalam kegiatan pengembangan ilmu secara mandiri.

c.       Melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam rangka pendidikan dan pengajaran mahasiswa SO, S1, S2 dan S3 atau dalam tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara mandiri.

d.      Ditugaskan melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran mahasiswa pada S3.

e.       Ditugaskan atau melakukan kegiatan penelitian dalam rangka pendidikan dan pengajaran mahasiswa pada S3 atau dalam kegiatan pengembangan ilmu.

f.       Membina tenaga pengajar (dosen) yang lebih muda.

4.      Rincian Tugas Guru Besar

a.       Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran mahasiswa pada SO, S1, S2 dan S3 secara mandiri.

b.      Melaksanakan kegiatan penelitian dalam rangka pendidikan dan pengajaran mahasiswa pada SO, S1, S2 dan S3 atau dalam pengembangan ilmu secara mandiri.

c.       Melaksanakan pengabdian pada masyarakat dalam rangka pendidikan dan pengajaran pada SO, S1, S2 dan S3 atau dalam kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara mandiri.

d.      Membina tenaga pengajar yang lebih muda.

Dalam hal tertentu Ketua dapat menentukan beban tugas dosen sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan STAIMS.

C.    Ekuivalen Tugas-tugas Dosen dalam Takaran SKS

1.      Pendidikan

a.       Kuliah pada tingkat S1 terhadap setiap kelompok yang terdiri dari sebanyak-banyak 40 orang mahasiswa selama 1 semester 50 menit tatap muka perminggu ditambah 60 menit kegiatan mandiri dan 60 menit kegiatan terstruktur sama dengan 1 SKS.

b.      Asisten kuliah/praktikum terhadap setiap kelompok yang terdiri atas sebanyak-banyaknya 25 orang mahasiswa, selama satu semester dua jam tatap muka perminggu sama dengan 1 SKS.

c.       Bimbingan kuliah kerja yang terprogram terhadap setiap kelompok yang terdiri dari atas sebanyak-banyaknya 25 orang mahasiswa kegiatan yang setara dengan 50 jam kerja persemester sama dengan 1 SKS.

d.      Seminar yang terjadwal terhadap setiap kelompok yang terdiri dari sebanyak-banyaknya 25 orang mahasiswa selama satu semester satu jam tatap muka perminggu sama dengan 1 SKS.

e.       Bimbingan dan tugas akhir program S1 terhadap sebanyak-banyaknya 25 orang mahasiswa selama satu semester satu jam tatap muka perminggu sama dengan 1 SKS.

f.       Menyusun diktat kuliah yang akan dipergunakan mahasiswa dalam waktu yang sebanyak-banyaknya dua semester sama dengan 1 SKS.

g.      Penasehat akademik terhadap 12 orang mahasiswa sama dengan 1 SKS.

h.      Bimbingan Konseling terhadap 12 orang mahasiswa sama dengan 1 SKS.

i.        Pimpinan organisasi sosial intern sama dengan 1 SKS.

2.      Penelitian/Pengembangan Ilmu

a.       Keterlibatan dalam satu judul penelitian/pengembangan ilmu yang dilakukan oleh kelompok sebanyak-banyaknya 5 orang dosen (disetujui oleh pimpinan dan tercatat di bidang keahlian sama dengan 1 SKS).

b.      Melakukan penelitian/pengembangan ilmu di bidang keahlian mandiri (disetujui oleh pimpinan dan tercatat) dengan laporan:

1)      Berbentuk buku setelah sedikit-dikitnya 60 halaman sama dengan 6 SKS.

2)      Berbentuk makalah setebal 10-15 halaman sama dengan 2 SKS.

c.       Menulis satu judul naskah buku yang akan diterbitkan dalam waktu sebanyak-banyaknya 4 semester (disetujui oleh pimpinan dan tercatat) sama dengan 3 SKS.

d.      Menterjemahkan atau menyadur satu judul naskah buku yang akan diterbitkan dalam waktu sebanyak-banyaknya 4 semester (disetujui oleh pimpinan dan tercatat) sama dengan 1 SKS.

e.       Menyunting satu judul naskah buku yang akan diterbitkan dalam waktu sebanyak-banyaknya 4 semester (disetujui oleh pimpinan dan tercatat) sama dengan 1 SKS.

f.       Tugas belajar untuk S2 dan S3 di luar propinsi yang tidak terjangkau untuk melaksanakan tugas fungsional sama dengan 12 SKS.

g.      Tugas belajar untuk S2 dan S3 dalam propinsi yang terjangkau untuk melaksanakan tugas fungsional sama dengan 8 SKS.

3.      Pengabdian pada masyarakat

Satu kegiatan yang setara dengan 50 jam kerja per semester (disetujui oleh pimpinan dan tercatat) sama dengan 1 SKS.

4.      Perhitungan ekuivalen waktu mengajar penuh (EWMP) terhadap Dosen :

a.       EWMP bagi seorang dosen ditetapkan setara dengan 12 SKS yang dapat disebar ke dalam tugas-tugas institusional sebagai berikut:

1)      Pendidikan ………………………….   6-10 SKS

2)      Penelitian/pengembangan ilmu  …….   2-6 SKS

3)      Pengabdian Masyarakat ……………   0-4 SKS

4)      Administrasi manajemen  …………..   1-6 SKS

(Jabatan struktural tetap ekuivalen ditentukan khusus)

b.      Setiap dosen wajib memberikan kuliah minimal 2 SKS walaupun EWMP-nya telah terpenuhi.

c.       Setiap dosen wajib memberikan kuliah 1 mata kuliah dengan bobot sedikit-dikitnya 3 SKS.

d.      Setiap dosen wajib melakukan penelitian/pengembangan ilmu baik secara mandiri maupun secara kelompok.

e.       Setiap dosen dianjurkan melakukan pengabdian masyarakat.

Apabila semua tugas pendidikan tugas penelitian/pengembangan ilmu dan pengabdian pada masyarakat melebihi 12 SKS, maka kelebihan SKS tugas pendidikan (khususnya mengajar) akan diberikan honor sesuai ketentuan yang berlaku.

5.      Asistensi

a.       Asistensi adalah penugasan yang diberikan oleh dosen yang lebih tinggi kepangkatannya (serendah-rendahnya berpangkat Lektor) kepada dosen lain yang lebih rendah kepangkatannya pada Sekolah Tinggi dalam penyelenggaraan perkuliahan tertentu.

b.      Mereka yang mendapat tugas sebagaimana dimaksud di atas dalam istilah ini disebut asisten.

c.       Dosen yang berjabatan Asisten Ahli hanya dapat menjalankan tugas asisten/bantuan kuliah atas bimbingan dosen berpangkat Lektor ke atas.

6.      Calon Dosen/Tenaga Pengajar

a.       Calon dosen adalah calon pegawai dalam lingkungan STAIMS yang dipersiapkan menjadi tenaga pengajar.

b.      Calon dosen yang diangkat berdasarkan ijazah Program S1 harus menyatakan kesediaannya untuk melanjutkan studinya pada program S2.

c.       Calon dosen wajib menjalankan tugas-tugas administrasi dan tugas mengajar bagi yang sudah berstatus tenaga pengajar.

d.      Beban tugas sebagai pegawai administrasi akan bebas setelah yang bersangkutan menduduki jabatan tenaga pengajar/menjadi calon.

e.       Setiap calon dosen wajib mengikuti orientasi kepegawaian.

7.      Sanksi Lain :

a.       Terhadap setiap dosen yang belum membuat rencana sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan, Ketua berwewenang meminta (secara lisan/tulisan) agar segera memenuhinya.

b.      Apabila permintaan diberikan dalam bentuk tertulis, tembusannya disampaikan kepada Ketua STAIMS.

c.       Apabila setelah dilakukan permintaan sebanyak 3 kali berturut-turut dalam jangka waktu tertentu belum juga dipenuhi yang bersangkutan dapat diberi teguran atau peringatan.

d.      Bagi yang tidak melaksanakan apa yang telah direncanakannya sehingga tugas minimal dosen tidak terpenuhi, sanksi terhadap yang bersangkutan diserahkan kepada Ketua.

8.      Ketentuan Tambahan

a.       Hal-hal lain yang belum tercantum dalam peraturan ini akan diatur kemudian.

b.      Hal-hal yang berkaitan dengan teknis pelaksanaannya diatur oleh Ketua STAIMS Yogyakarta.

D.    Pedoman Sistem Kredit Semester

1.      Pengertian Sistem dan Satuan Kredit Semester

a.       Sistem Kredit Semester adalah sistem pendidikan yang beban studi mahasiswa, beban kerja dosen dan beban kerja penyelenggara dinyatakan dalam kredit.

b.      Semester ialah satuan waktu terkecil tentang jenjang lamanya pendidikan dalam satu program. Satu semester setara dengan 18-19 minggu kerja.

c.       Sistem Kredit Semester (SKS) ialah satu sistem penyelenggaraan program pendidikan dalam pemberian nilai kredit terhadap beban studi mahasiswa, beban tenaga pengajar dan beban penyelenggaraan dalam satu semester.

d.      Sistem Kredit Semester (SKS) ialah satuan yang digunakan dalam menentukan keberhasilan usaha mahasiswa untuk suatu program tertentu dan keberhasilan kumulatif serta besarnya penyelenggaraan pendidikan bagi STAIMS khususnya bagi tenaga pengajar.

2.      Tujuan SKS

a.       Memberi kesempatan kepada mahasiswa yang cakap, tekun dan rajin belajar menyelesaikan program pendidikan dan pengajaran secepat-cepatnya.

b.      Memberi kesempatan kepada mahasiswa yang cakap, tekun dan rajin belajar untuk mengambil dan menyelesaikan program mata kuliah sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.

c.       Memberi kesempatan agar sistem belajar dan mengajar mampu menumbuhkan semangat kreativitas dan penguasaan ilmu secara luas dan mendalam.

d.      Memberi kemungkinan agar sistem evaluasi kemajuan belajar mahasiswa dapat diselenggarakan lebih efektif dan terencana.

e.       Memberi kemungkinan agar sistem pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan dapat memberikan keadaan imbang antar mahasiswa yang masuk dan mahasiswa yang lulus kesarjanaannya.

3.      Nilai Kredit Semester

a.       Setiap mata kuliah diberi nilai yang dinamakan nilai kredit.

b.      Besar kecilnya nilai kredit ditentukan oleh besar kecilnya usaha penyelesaian tugas yang dinyatakan dalam program perkuliahan, kerja lapangan dan tugas lainnya.

c.       Nilai kredit perkuliahan untuk satu satuan kredit semester (1 SKS) perkuliahan setara dengan :

1)      50 menit kegiatan tatap muka terjadwal. Maksudnya 50 menit pemberian kuliah di kelas oleh dosen kepada mahasiswa.

2)      60 menit kegiatan akademik terstruktur. Maksudnya 60 menit waktu yang diperlukan dosen dan mahasiswa dalam membuat persiapan mengajar atau belajar dan menyelesaikan pekerjaan terstruktur mahasiswa untuk menyempurnakan perkuliahan seperti pekerjaan rumah, menyusun makalah dan sebagainya.

3)      60 menit kegiatan akademik mandiri. Maksudnya memperluas dan memperdalam materi perkuliahan, membaca referensi, kliping serta seminar yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa.

d.      Nilai kredit perkuliahan seminar untuk satu satuan kredit semester (1 SKS) setara dengan 1 kali mengikuti seminar yang sesuai dengan keahlian.

e.       Nilai kredit perkuliahan praktikum untuk satu satuan kredit semester (1 SKS) setara dengan tugas praktikum selama 3 (tiga) jam seminggu dalam satu semester.

f.       Nilai kredit Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk satu satuan kredit semester (1 SKS) setara dengan 75 jam pelaksanaan pengabdian di lapangan yang dikoordinasikan oleh Pembantu Ketua II Bidang Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat.

g.      Nilai kredit penulisan skripsi untuk satu satuan kredit semester (1 SKS) setara dengan 90 jam melakukan penelitian, pengumpulan data, penulisan, konsultasi serta mempertahankannya dalam sidang munaqasah.

4.      Sistem Penyelesaian Pendidikan

a.       Beban dan Program Studi

1)      Beban studi S1 adalah setara dengan 144-160 SKS dengan lama masa studi 8 semester dan maksimal 14 semester.

2)      Beban studi mahasiswa baru yang pertama kali memasuki program ditetapkan sebanyak 20 SKS, yang merupakan paket mata kuliah yang telah ditentukan.

3)      Pengambilan kuliah semester kedua dan seterusnya diperhitungkan berdasarkan indeks prestasi (IP) semester sebelumnya yaitu :

a)      IP 3,00-4,00 boleh mengambil maksimal 24 SKS.

b)      IP 2,50-2,99 boleh mengambil maksimal 22 SKS.

c)      IP 2,00-2,49 boleh mengambil maksimal 20 SKS.

d)     IP 1,50-1,99 boleh mengambil maksimal 18 SKS.

e)      IP 0,00-1,49 boleh mengambil maksimal 16 SKS.

b.      Kuliah Kerja Praktikum

1)      Kuliah Kerja Praktikum (KKP) ialah suatu program pengajaran dalam bentuk simulasi penerapan ilmu yang berkaitan dengan mata kuliah tertentu yang dilakukan di laboratorium atau tempat-tempat yang lain.

2)      Nilai kredit Kuliah Kerja Praktikum terkait dengan mata kuliah yang memerlukan kuliah kerja praktikum.

c.       Kuliah Kerja Lapangan

1)      Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ialah suatu program penerapan suatu bidang keahlian (profesi) ilmu pengetahuan tertentu yang dikembangkan oleh jurusan atau program studi yang dilaksanakan di lapangan.

2)      Nilai Kuliah Kerja Lapangan terkait dengan mata kuliah yang memerlukan Kuliah Kerja Lapangan.

d.      Praktek Pengalaman Lapangan

1)      Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yaitu suatu program penerapan mata kuliah jurusan/program studi tertentu yang dikembangkan oleh jurusan/prodi di lapangan untuk memperoleh pengalaman lapangan.

2)      Nilai kredit praktek pengalaman lapangan terkait dengan mata kuliah yang memerlukan praktek pengalaman lapangan.

e.       Kuliah Kerja Nyata (KKN)

1)      Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu program penerapan bidang ilmu pengetahuan yang bersifat interdisipliner yang dikembangkan oleh STAIMS dan sekaligus merupakan bagian dari pengabdian pada masyarakat.

2)      Nilai satuan kredit KKN adalah 4 SKS.

f.       Pengaturan dan Pelaksanaan

1)      Pengaturan dan pelaksanaan Kuliah Kerja Praktikum (KKP), Kuliah Kerja Lapangan (KKL), dan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) ditetapkan oleh pimpinan STAIMS.

2)      Pelaksanaan dan pengaturan Kuliah Kerja Nyata dilakukan oleh Pembantu Ketua Bidang Pengabdian pada Masyarakat.

g.      Penulisan Skripsi

1)      Skripsi adalah karya ilmiah yang disusun oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) berdasarkan hasil penelitian mandiri terhadap suatu masalah yang dilakukan secara seksama dibawah bimbingan dosen.

2)      Penulisan skripsi dihargai 6 SKS. Pedoman dan proses penulisan skripsi diatur dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pimpinan STAIMS.

h.      Tenaga Pengajar

1)      Tenaga pengajar tetap adalah seseorang yang diangkat oleh YASMA Syuhada berdasarkan penetapan angka kredit oleh Kopertais Wilayah III DIY dan PNS yang diangkat oleh Pemerintah yang ditugaskan (DPK) di STAIMS, dengan tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab di bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

2)      Tenaga pengajar tidak tetap ialah seseorang yang karena keahliannya diangkat sebagai tenaga pengajar di STAIMS.

3)      Beban tugas ialah sejumlah pekerjaan yang wajib dilakukan oleh seorang tenaga pengajar sebagai tugas institusional dalam penyelenggaraan fungsi pendidikan tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dan tugas-tugas yang menunjang Tri Darma Perguruan Tinggi.

4)      Bidang tugas itu merupakan kesatuan yang terpadu, masing-masing bidang harus terpenuhi sesuai dengan proporsinya. Secara garis besar terdapat 4 bidang tugas yaitu: pertama, bidang pendidikan dan pengajaran; kedua, bidang penelitian dan pengembangan; ketiga, bidang pengabdian pada masyarakat; keempat, bidang penunjang Tri Darma Perguruan Tinggi.

5)      Beban tugas minimal tenaga pengajar tetap setara dengan tugas mengajar sebesar 12 SKS setiap semester. Satu SKS setara dengan 3 jam pelajaran setiap minggu dalam satu semester atau setara dengan 50 jam kerja dalam satu semester.

6)      Penyebaran beban tugas minimal tenaga pengajar tersebut adalah sebagai berikut :

a)      Bidang pendidikan dan pengajaran             : 4-8 SKS

b)      Bidang penelitian dan pengembangan        : 2-6 SKS

c)      Bidang pengabdian pada masyarakat          : 1-6 SKS

d)     Bidang penunjang tri darma perguruan tinggi: 0-4 SKS

7)      Kelebihan beban tugas bagi pengajar yang memangku jabatan struktural diperhitungkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

8)      Kelebihan tugas minimal tenaga pengajar diperhitungkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

i.        Jurusan

1)      Jurusan adalah pelaksana akademik pada STAIMS yang melaksanakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sebagian atau satu cabang ilmu pengetahuan agama Islam yang berada di bawah Ketua.

2)      Jurusan mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam sebagian ilmu pengetahuan agama Islam sesuai dengan program pendidikan yang ada dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3)      Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, maka jurusan mempunyai fungsi :

a)      Melakukan pendidikan dan pengajaran dalam sebagian ilmu pengetahuan agama Islam bagi program pendidikan yang ada.

b)      Melakukan penelitian dan pengembangan agama Islam.

c)      Melakukan pengabdian pada masyarakat.

d)     Melakukan pembinaan civitas akademika.

4)      Jurusan dipimpin oleh Ketua Jurusan yang dibantu oleh sekretaris Jurusan.

5)      Dalam setiap jurusan dapat dibentuk laboratorium dan atau studio.

6)      Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan jurusan ditetapkan oleh Ketua.

j.        Evaluasi Hasil Belajar

1)      Pengertian dan Tujuan

a)      Evaluasi belajar adalah usaha untuk mengetahui kemampuan dan kecakapan mahasiswa dalam menerima, memahami dan menalar bahan studi yang diberikan sesuai dengan kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan serta untuk mengetahui perubahan sikap dan keterampilan mahasiswa.

b)      Evaluasi hasil belajar dilakukan dengan cara mendapatkan informasi tentang sejumlah mahasiswa yang telah menyelesaikan suatu jenjang program studi masing-masing, melalui penyelenggaraan ujian, pemberian tugas penelitian, pengabdian pada masyarakat atau penulisan laporan dan penulisan skripsi.

c)      Tujuan hasil belajar :

(1)   Untuk menilai kemampuan dan kecakapan mahasiswa dalam memahami dan menguasai bahan studi yang disajikan, perubahan sikap dan keterampilan dalam waktu tertentu.

(2)   Untuk mengetahui keberhasilan penyajian bahan studi oleh tenaga pengajar dan keberhasilan penyelenggaraan program pendidikan.

(3)   Untuk mengetahui kedudukan seorang mahasiswa dalam suatu kelompok menurut kemampuan masing-masing.

2)      Macam Evaluasi Hasil Belajar

a)      Evaluasi Pokok

(1)   Ujian Tengah Semester ialah ujian yang diselenggarakan pada pertengahan semester untuk mengukur penguasaan kompetensi keilmuan mahasiswa sampai pertengahan semester.

(2)   Ujian Akhir Semester ialah ujian yang dilakukan pada setiap akhir semester untuk mengukur penguasaan menyeluruh kompetensi kemampuan mahasiswa yang dikembangkan selama satu semester.

b)      Evaluasi Pelengkap

(1)   Penugasan terstruktur seperti penyelesaian pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan, laporan kegiatan ilmiyah dalam ukuran mini dan sebagainya.

(2)   Test formatif ialah tes yang dilakukan setelah dua atau tiga kali kuliah atau jangka waktu tertentu dalam kegiatan selama program studi. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana terserapnya ilmu yang dibahas.

(3)   Diskusi kegiatan merupakan kegiatan pemecahan masalah dalam wujud kuliah secara berdiskusi baik kelompok atau kelas.

c)      Ujian Perbaikan

(1)   Mahasiswa dapat memperbaiki nilai hasil ujian pada semester lain, dimana mata kuliah yang diujikan itu diselenggarakan dengan syarat ujian perbaikan tidak lebih dari dua kali ujian.

(2)   Harus mengambil kredit mata kuliah tersebut dan mengikuti kuliah-kuliah sebagaimana ketentuan yang berlaku, kecuali dosen mata kuliah yang bersangkutan mempunyai kebijakan lain.

d)     Bentuk ujian dapat dilaksanakan dengan lisan, tulisan, pemberian tugas sesuai dengan jenis mata kuliah, tujuan kurikuler dan kondisi tenaga pengajar yang bersangkutan.

e)      Nilai akhir tiap semester adalah nilai akhir berdasarkan pertimbangan nilai ujian akhir semester, tengah semester dan pelengkap.

f)       Ujian skripsi merupakan kegiatan akhir dari seluruh kegiatan akademis.

g)      Terminal evaluasi kegiatan belajar

(1)   Sampai akhir semester dua, sekurang-kurangnya mahasiswa harus menyelesaikan beban kredit sebanyak 26 SKS dengan nilai paling rendah C. Jika tidak memenuhi persyaratan tersebut mahasiswa yang bersangkutan dikeluarkan atau di Droup Out (DO).

(2)   Sampai akhir semester IV, mahasiswa harus dapat menyelesaikan sekurang-kurangnya 44 SKS dengan nilai minimal C. Jika mahasiswa yang bersangkutan tidak memenuhi persyaratan tersebut ia diberi peringatan.

(3)   Masa penyelesaian studi tidak melebihi 14 semester efektif. Jika melebihi 14 semester mahasiswa yang bersangkutan dikeluarkan.

h)      Pelaksanaan ujian tengah semester dan akhir semester diatur dengan tata tertib.

i)        Apabila terjadi pelanggaran tata tertib ujian, maka pimpinan STAIMS dapat menjatuhkan sanksi yang setimpal dengan kesalahan mahasiswa.

j)        Khusus bagi mahasiswa peserta ujian dalam satu mata kuliah tertentu melakukan pelanggaran dengan cara mewakilkan pada orang lain, maka pimpinan dapat menjatuhkan sanksi berupa skorsing terhadap mahasiswa yang bersangkutan selama dua semester.

k)      Skorsing tersebut termasuk dalam perhitungan masa studi/kesempatan studi.

3)      Sistem Penilaian

a)      Jurusan menetapkan ketentuan sistem penilaian yang dianut apakah menggunakan penilaian acuan patokan atau penilaian acuan normal atau campuran antara keduanya.

b)      Nilai mata kuliah adalah nilai perpaduan dari hasil tes formatif, penugasan terstruktur, ujian tengah semester dan ujian akhir semester dan diskusi.

c)      Nilai dinyatakan dengan huruf dan tiap huruf mempunyai bobot tertentu. Skor nilai menggunakan angka 100, tidak menggunakan pecahan kecuali indek prestasi.

Dasar Ukuran Nilai

No.

Nilai Angka

Nilai Huruf

Nilai Tafsiran

1.

90 – 100

A

4.00

2.

85 – 89

A-

3.75

3.

80 – 84

B+

3.25

4.

75 – 79

B

3.00

5.

70 – 74

B-

2.75

6.

65 – 69

C+

2.25

7.

60 – 64

C

2.00

8.

55 – 59

C-

1.75

9.

50 – 54

D

1.50

10.

00 – 49

E

1.25

k.      Indek Prestasi

1)      Indek prestasi ialah kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai akhir yang menggambarkan mutu penyelesaian suatu program studi.

2)      Indek prestasi dihitung pada tiap-tiap akhir semester yang disebut IP lengkap (kumulatif).

3)      Cara menghitung Indek Prestasi (IP) dengan menggunakan rumus :

Jml Kredit MK yang diambil x nilai bobot masing MK

IP =

Jumlah kredit MK yang diambil

4)      Predikat kelulusan akhir studi mahasiswa dihitung berdasarkan indek prestasi lengkap (kumulatif) yang diperoleh, dinyatakan sebagaimana tabel berikut :

Indek Prestasi

Predikat

3,50 – 4,00

Dengan Pujian

3,00 – 3,49

Sangat Memuaskan

2,50 – 2,99

Memuaskan

2,00 – 2,49

Cukup

BAB IV

SISTEM ADMINISTRASI AKADEMIK

A.    Pendaftaran Mahasiswa Baru

Syarat-syarat pendaftaran :

1.      Menyerahkan copy ijazah SLTA yang telah dilegalisir

2.      Menyerahkan 2 lembar past photo ukuran 3×4

3.      Mengisi blanko pendaftaran

4.      Membayar biaya pendaftaran

B.     Pendaftaran Ulang Mahasiswa Baru

Calon mahasiswa baru yang telah dinyatakan lulus diharuskan mendaftar ulang dengan syarat :

1.      Membayar SPP pokok

2.      Membayar biaya SKS

3.      Membayar sumbangan/infaq Tridarma Perguruan Tinggi.

4.      Membayar biaya ta’aruf

5.      Mengisi KRS

C.    Pendaftaran Mahasiswa Lama

1.      Membayar biaya registrasi

2.      Membayar SPP pokok angsuran I

3.      Membayar biaya SKS

4.      Mengisi KRS.

D.    Cuti Akademik

1.      Cuti akademik ialah tidak mengikuti kegiatan akademik baik intra maupun ekstra kurikulum, karena alasan tertentu, dalam waktu tertentu sesuai dengan izin yang diberikan oleh Ketua.

2.      Tidak aktif mengikuti kegiatan akademik tanpa seizin Ketua, tidak dapat diartikan cuti akademik.

3.      Izin cuti akademik diberikan selama 1 semester dan maksimal 2 semester berturut-turut atau tidak berturut-turut.

4.      Selama cuti mahasiswa dibebaskan membayar SPP.

5.      Selama cuti mahasiswa tidak diperbolehkan melakukan kegiatan akademik dan kemahasiswaan.

6.      Mengajukan permohonan tertulis kepada Ketua.

7.      Apabila telah habis masa cuti, mahasiswa tidak melakukan pendaftaran, maka haknya sebagai mahasiswa dinyatakan gugur.

8.      Mahasiswa yang bersangkutan telah mengikuti dan menyelesaikan kuliah dua semester.

9.      Permohonan cuti dilakukan pada awal pendaftaran ulang mahasiswa.

10.  Alasan cuti akademik adalah alasan kesehatan, ekonomi yang dibuktikan dengan surat keterangan dari orang tua atau Kepala Desa setempat.

E.     Mahasiswa Pindahan

Mahasiswa dari PTN/PTS (umum dan agama) dapat pindah ke STAIMS dengan syarat:

1.      Mengajukan permohonan kepada Ketua STAIMS dengan membawa rekomendasi dari PTN/PTS asal.

2.      Syarat-syarat pendaftaran :

a.       Mengisi blanko pendaftaran

b.      Membayar biaya pendaftaran

c.       Membayar SPP pokok

d.      Membayar biaya SKS dan sumbangan

e.       Menyerahkan transkrip nilai dari PTN/PTS asal

f.       Menyerahkan foto copi ijazah terakhir

g.      Menyerahkan past photo 2 lembar 3×4 cm

h.      Mengisi Kartu Rencana Studi (KRS)

F.     Mahasiswa Pendengar

1.      Mengajukan permohonan kepada Ketua STAIMS.

2.      Syarat pendaftaran :

a.       Mengisi blanko pendaftaran

b.      Membayar biaya pendaftaran

c.       Membayar SPP yang ditentukan

3.      Mahasiswa pendengar tidak berhak mengikuti ujian.

G.    Teknik Pengambilan KRS

1.      Kartu Rencana Studi (KRS) diisi oleh mahasiswa dengan berkonsultasi kepada DPA.

2.      Besar beban studi disesuaikan dengan Indek Prestasi, kecuali semester satu dengan sistem paket.

3.      KRS yang telah diisi, dimintakan pengesahan oleh DPA dan Pembantu Ketua I.

4.      KRS sebanyak dua lembar, satu lembar untuk mahasiswa dan satu lembar untuk arsip prodi.

5.      Penyerahan KRS sesuai dengan waktu yang ditentukan.

6.      Penambahan/pengurangan jumlah SKS dengan ketentuan :

a.       Jumlah penambahan disesuaikan dengan IP

b.      Memperoleh persetujuan DPA

c.       Dalam waktu tidak melebihi dua minggu masa kuliah berjalan.

H.    Jadwal Kegiatan Akademik

1.      Setiap tahun disusun kalender akademik yang mencakup seluruh kegiatan akademik dan berlaku efektif.

2.      Kegiatan akademik dibagi menjadi dua periode yaitu kegiatan semester gasal dan kegiatan semester genap.

I.       Jadwal Kuliah

1.      Jadwal kuliah dibuat oleh Pembantu Ketua I bidang Pendidikan dan Pengajaran.

2.      Penyusunan jadwal kuliah disesuaikan dengan tempat, waktu pada hari Senin sampai Sabtu.

3.      Jadwal kuliah selambat-lambatnya diumumkan dua minggu sebelum pengisian KRS.

J.      Kuliah dan Presensi

1.      Kuliah-kuliah dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

2.      Untuk kelancaran pelaksanaan perkuliahan, mahasiswa diharuskan:

a.       Mengikuti kegiatan kuliah sekurang-kurangnya 75 % dari kuliah yang dilaksanakan.

b.      Tercantum namanya sebagai peserta kuliah dari mata kuliah yang diprogramkan.

c.       Menandatangani presensi yang telah disediakan atau menurut dosen yang bersangkutan.

3.      Untuk kelancaran pelaksanaan kuliah keharusan bagi dosen ialah :

a.       Memberikan kuliah pada waktu-waktu yang telah ditentukan pada jadwal kuliah.

b.      Memberitahukan kepada Pembantu Ketua I bidang pendidikan dan pengajaran jika berhalangan hadir agar dapat diberitahukan kepada mahasiswa.

c.       Menyampaikan kepada mahasiswa rencana umum kuliah pada awal kuliah satu semester.

d.      Menandatangani presensi yang disediakan.

K.    Kartu Hasil Studi

1.      Kartu Hasil Studi ialah kartu yang memuat nilai hasil studi mahasiswa sejak semester I sampai ia menyelesaikan studi.

2.      Selambat-lambatnya 15 hari setelah ujian akhir semester dilaksanakan, laporan nilai hasil studi mahasiswa sudah diterima oleh Pembantu Ketua I Bidang Pendidikan dan Pengajaran.

3.      Ketua prodi mengisikan nilai-nilai ke dalam KHS.

4.      Jika terjadi kesalahpahaman nilai, dapat diselesaikan secara bersama oleh dosen pemegang vak.

5.      Indek prestasi merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan rencana studi semester berikutnya.

L.     Predikat Kelulusan

1.      Kepada mahasiswa yang berhasil menyelesaikan suatu tahap studi diberikan predikat kelulusan yang dinyatakan dalam KHS, mahasiswa yang bersangkutan.

2.      Predikat lulus ditentukan berdasarkan IP yang dicapai oleh mahasiswa yang bersangkutan dengan rincian sebagai berikut: dengan pujian (cumlaude), sangat memuaskan, memuaskan dan cukup.

M.   Wisuda

1.      Wisuda sarjana S1 diselenggarakan apabila mencapai jumlah tertentu.

2.      Untuk mengikuti wisuda tersebut mahasiswa harus mendaftarkan diri kepada panitia.

3.      Wisuda sarjana bersifat terbuka diselenggarakan pada hari-hari yang ditentukan dalam kelender akademik.

N.    Ijazah

1.      Pembuatan ijazah dapat dilakukan setelah mahasiswa menyerahkan syarat-syarat seperti : skripsi yang telah dijilid, ijazah SLTA, paspoto dan lain-lain yang dipersyaratkan.

2.      Ijazah yang asli dapat diberikan kepada pemegang ijazah setelah yang bersangkutan mengikuti wisuda sarjana dan memenuhi syarat-syarat lain yang ditentukan, sedangkan salinan (copi) ijazah dapat diberikan sebelum wisuda.

3.      Ijazah, transkrip nilai dan sertifikat lainnya dapat diambil hanya melalui Pembantu Ketua yang membidangi kemahasiswaan.

4.      Ketentuan lebih lanjut tentang ijazah ditetapkan dengan keputusan Ketua.

O.    Tata Tertib Perkuliahan

1.      Untuk Dosen

a.       Datang tepat pada waktu, paling lambat 15 menit.

b.      Mengisi daftar hadir dan materi kuliah

c.       Mengecek daftar hadir mahasiswa dan menandatanganinya

d.      Memberi salam pada awal dan akhir kuliah

e.       Membuka kuliah dengan membaca basmalah dan menutup dengan bacaan alhamdulillah.

2.      Untuk Mahasiswa

a.       Datang tepat waktu paling lambat 15 menit sebelum kuliah dimulai.

b.      Mengisi daftar hadir

c.       Mahasiswa yang berhalangan hadir harus memberi tahu/izin kepada Dosen yang bersangkutan.

d.      Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruang kuliah tanpa izin dosen.

e.       Jika selama 15 menit dosen tidak hadir di ruang kuliah, mahasiswa diperkenankan meninggalkan ruang kuliah.

f.       Mahasiswa harus berpakaian rapi, sopan, putri harus memakai jilbab dan putra tidak diperkenankan memakai kaos oblong dan sandal.

P.     Tata Tertib Ujian

1.      Peserta ujian harus sudah siap di ruang ujian paling lamba 10 menit sebelum ujian dimulai.

2.      Membawa Kartu Tanda ujian dan perlengkapan tulis.

3.      Dilarang membawa buku, tas dan catatan yang berkaitan dengan mata kuliah yang sedang diujikan.

4.      Peserta ujian yang datang terlambat, baru diperbolehkan masuk ruang ujian setelah memperoleh izin dari Panitia.

5.      Peserta supaya menempati kursi yang telah ditentukan oleh panitia.

6.      Menunjukkan Kartu Ujian kepada pengawas.

7.      Mengisi daftar hadir.

8.      Menjaga ketenangan.

9.      Selama ujian berlangsung peserta tidak diperkenankan keluar ruangan, kecuali dengan izin pengawas ujian.

10.  Peserta yang telah selesai mengerjakan soal sebelum waktu berakhir dapat meninggalkan ruang ujian dengan menyerahkan pekerjaan ujian kepada pengawas ujian.

11.  Apabila waktu telah habis peserta harus menyerahkan hasil pekerjaan ujian kepada pengawas dengan tenang dan tertib.

12.  Apabila ternyata terbukti peserta ujian melakukan kecurangan maka ujian dinyatakan gugur.

Q.    Perpustakaan

Perpustakaan adalah suatu badan yang mempunyai hubungan struktural di bawah wewenang dan koordinasi Pembantu Ketua I bidang Pendidikan dan Pengajaran.

Fungsi perpustakaan adalah perpustakaan adalah: Untuk menyediakan kebutuhan bahan informasi ilmiyah bagi mahasiswa, dosen dan karyawan, memenuhi kebutuhan karyawan guna meningkatkan ketrampilan dan kemahiran bidang administrasi.

Koleksi perpustakaan terdiri dari :

1.      Ensiklopedia, Kamus Umum dalam berbagai bahasa, Kamus keilmuan, skripsi, risalah, majalah, surat kabar dan lain-lain.

2.      Buku-buku ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan keilmuan mahasiswa.

3.      Referensi

Yang dimaksud referensi adalah bahan yang dipergunakan orang banyak, sedangkan persediaan terbatas seperti Kamus, Ensiklopedi.

4.      Sumber Koleksi

Koleksi perpustakaan diperoleh dari: Pemerintah, masyarakat, perseorangan/para alumni dan sumber lain yang tidak mengikat.

5.      Penggunaan Perpustakaan

Yang dapat meminjam buku perpustakaan adalah mahasiswa, dosen dan karyawan STAIMS.

Mahasiswa atau masyarakat umumnya dapat meminjam setelah memperoleh persetujuan dari pimpinan STAIMS.

6.      Syarat Keanggotaan

a.       Terdaftar sebagai mahasiswa

b.      Mengisi formulir pendaftaran

c.       Menyerahkan paspoto ukuran 3×4 sebanyak 3 lembar

d.      Membayar uang pendaftaran

7.      Syarat-syarat dan tata tertib peminjaman

a.       Terdaftar sebagai anggota perpustakaan

b.      Mahasiswa lainnya dan masyarakat umum menunjukkan surat persetujuan dari Ketua STAIMS.

c.       Menyerahkan Kartu Anggota perpustakaan kepada petugas.

d.      Dilarang makan, minum dan merokok di dalam ruang perpustakaan.

e.       Dilarang mencoret-coret, merusak buku-buku perpustakaan.

f.       Meletakkan kembali buku-buku yang dipinjam pada tempat pengambilan semula.

g.      Buku-buku yang sudah selesai dibaca/dipinjam diserahkan kepada petugas.

h.      Dosen/Asisten dapat meminjam buku paling banyak 10 eksemplar dalam jangka waktu 3 bulan dan dapat diperpanjang satu kali.

i.        Mahasiswa dapat meminjam buku paling banyak 2 eksemplar dalam jangka waktu 7 hari dan dapat diperpanjang satu kali.

j.        Bahan-bahan referensi tidak dapat dipinjam untuk dibawa pulang, kecuali dibolehkan membaca di perpustakaan.

k.      Untuk menyusun skripsi anggota dibolehkan meminjam sebanyak 5 eksemplar, sedangkan untuk digunakan pada munaqasah dapat meminjam sebanyak kebutuhan tetapi segera dikembalikan setelah munaqasah selesai dan tidak dibawa pulang kerumah.

8.      Sangsi

a.       Apabila buku yang dipinjam rusak dan hilang, peminjam wajib mengganti dengan buku yang sama. Jika yang bersangkutan tidak sanggup mengganti dengan bahan pustaka yang sama, peminjam wajib menggantinya 2 kali harga buku.

b.      Peminjaman yang telambat mengembalikan buku, dikenakan denda Rp. 1.000,- (seribu rupiah) setiap hari.

c.       Apabila pengembalian buku terlambat lebih dari satu bulan, maka keanggotaan dicabut.

d.      Apabila pengunjung sengaja atau tidak sengaja, membawa keluar bahan pustaka tanpa bukti peminjaman yang sah maka dikategorikan sebagai pencurian, dan akibatnya dapat dikenakan sangsi akademik.

BAB V

KEMAHASISWAAN

A.    Hak, Tugas dan Kewajiban Mahasiswa

1.      Pengertian

a.       Hak adalah segala yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa dalam kaitannya sebagai unsur civitas akademika, yang diperoleh selama menjadi mahasiswa.

b.      Tugas dan kewajiban mahasiswa adalah segala sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh setiap mahasiswa dalam kaitannya sebagai unsur civitas akademika, yang diperoleh selama menjadi mahasiswa.

2.      Rincian Hak Mahasiswa

a.       Mendapatkan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat sesuai dengan minat, bakat, kegemaran dan kemampuan, berdasarkan pada peraturan yang berlaku.

b.      Memperoleh bimbingan, pembinaan kegiatan yang menunjang kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi melalui organisasi kemahasiswaan.

c.       Memperoleh pelayanan administrasi serta fasilitas STAIMS yang berkaitan dengan kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam rangka kelancaran proses belajar mengajar.

d.      Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk menuntut dan mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di STAIMS.

e.       Mendapatkan bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program studi yang diikutinya dalam penyelesaian studinya.

f.       Memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi yag diikuti serta hasil belajarnya.

g.      Menyelesaikan studi lebih awal dari jadwal yang ditetapkan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

h.      Memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

i.        Memanfaatkan sumber daya STAIMS melalui perwakilan/organisasi kemahasiswaan untuk mengurus dan mengatur kesejahteraan, minat dan tata kehidupan bermasyarakat.

j.        Pindah ke Perguruan Tinggi lain sesuai dengan peraturan peundang-undangan yang berlaku.

k.      Ikut serta dalam kegiatan organisasi mahasiswa STAIMS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

l.        Memperoleh layanan khusus apabila menyandang cacat.

3.      Rincian Tugas dan Kewajiban Mahasiswa

a.       Mentaati dan melaksanakan semua peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

b.      Berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan STAIMS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c.       Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi mahasiswa yang dibebaskan dari kewajiban tersebut, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d.      Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan keamanan STAIMS.

e.       Menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.

f.       Menjaga kewibawaan dan nama baik almamater.

g.      Menjunjung tinggi agama Islam dan kebudayaan Nasional.

B.     Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan

1.      Latar Belakang

Sesuai dengan tujuan STAIMS, maka kualitas yang hendak dicapai mencakup tiga hal yaitu pertama keilmuan. Kedua, Kepribadian dan ketiga, pengabdian. Ketiganya dikembangkan secara terpadu yaitu keterpaduan antara pembinaan dan pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengembangan ketiga aspek pendidikan tersebut diwujudkan melalui proses yang mampu memberi motivasi, peluang serta membangkitkan antusiasme mahasiswa untuk berkembang secara optimal menuju integritas iman, ilmu dan amal.

2.      Tujuan Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan

Tujuan pembinaan dan pengembangan mahasiswa sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya yaitu :

a.       Agar mahasiswa mempunyai kemampuan akademik atau kognitif, melalui pendidikan dan pengajaran.

b.      Agar mahasiswa memiliki sikap dan kepribadian yang mantap atau disebut afektif.

c.       Agar mahasiswa mempunyai keterampilan khusus sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni yang disebut psikomotorik.

3.      Bentuk-bentuk Pembinaan dan Pengembangan

Pembinaan dan Pengembangan mahasiswa mencakup dua bentuk yaitu:

a.       Pembinaan dan pengembangan dalam bentuk kurikuler. Bentuk ini diterima mahasiswa secara format dibangku kuliah, untuk mencapai tujuan Tri Darma Perguruan Tinggi.

b.      Pembinaan dan pengembangan yang bersifat ko-kurikuler.

c.       Bentuk kegiatan ini sebagai unsur pelengkap dan penunjang, untuk membina dan mengembangkan kemahasiswaan yang diterima di luar bangku kuliah.

C.    Kode Etik Mahasiswa

1.      Pengertian

Yang dimaksud dengan Kode Etik Mahasiswa ialah tata aturan atau norma-norma yang harus dita’ati oleh mahasiswa dalam melaksanakan seluruh kegiatan akademik yang meliputi hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dengan karyawan, mahasiswa dengan pimpinan dan mahasiswa dengan sarana pendidikan di kampus termasuk gedung dan lingkungan hidup.

2.      Tujuan Kode Etik Mahasiswa

a.       Untuk mengarahkan dan membina mahasiswa agar dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa dapat menempatkan dan menjunjung tinggi fungsi ajaran Islam sebagai faktor motivatif, kreatif dan ivovatif, faktor integritas individu dan sosial, faktor sublimatif dan sebagai faktor sumber inspiratif budaya bangsa yang terhormat.

b.      Untuk mengarahkan, melatih dan membina mahasiswa mena’ati tata tertib, berakhlak mulia dan menanamkan kesadaran bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, sehingga tercipta kondisi yang baik dan menguntungkan bagi kelancaran proses beljar mengajar.

c.       Untuk membina dan melatih mahasiswa agar mencintai dan menjaga nama baik almamater.

d.      Untuk membina sikap kepribadian yang mantap, teguh dalam pendirian dan luwes dalam penampilan, disiplin sabar dan tawakal.

3.      Kode Etik

a.       Kode Etik dalam hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa.

1)      Menciptakan suasana pergaulan yang harmonis, sopan dalam berbicara dan santun dalam bertingkah laku, sehingga terwujudlah ukuwah Islamiyah di kampus dengan jalan memanfa’atkan organisasi mahasiswa yang ada.

2)      Tidak melanggar ketentuan-ketentuan agama dalam pergaulan antara pria dan perempuan.

3)      Mengadakan kerja sama yang baik antara mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

b.      Kode Etik dalam hubungan antara mahasiswa dengan dosen

1)      Menghadiri kuliah tepat waktu, apabila berhalangan hadir harus memberitahukan dan meminta izin kepada dosen yang bersangkutan

2)      Menciptakan suasana yang baik dalam kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancer baik pada waktu mengikuti kuliah dari seorang dosen maupun dalam pertemuan ilmiyah yang lain, antara dosen dengan mahasiswa

3)      Mahasiswa yang berada di luar ruang kelas, hendaknya tidak berbuat sesuatu yang dapat mengganggu kelancaran kuliah dalam suatu ruang kelas.

4)      Berbusana muslim yang rapi dan wajar. Bagi mahasiswa pria tidak memakai kaos oblong, tidak memakai sandal dan tidak merokok di dalam ruang kelas.

5)      Mena’ati perintah, anjuran atau nasehat dosen dalam rangka meningkatkan kemajuan belajar.

6)      Apabila berkonsultasi dengan Dosen Penasehat Akademik (DPA) hendaknya memohon izin terlebih dahulu dan berbicara seperlunya dengan perilaku yang baik, sopan dan santun.

7)      Mena’ati tata tertib ujian yang berlaku, baik ujian tulis, lisan, seminar topik dan ujian skripsi.

8)      Senantiasa menjaga hubungan yang harmonis dengan dosen baik di dalam maupun di luar kampus.

c.       Kode Etik dalam hubungan antara mahasiswa dengan karyawan

1)      Menciptakan suasana yang akrab yang harmonis dan sopan santun sewaktu berhubungan dengan para karyawan.

2)      Mentaati peraturan tata tertib yang berhubungan dengan pelayanan administrasi dan pemanfa’atan perpustakaan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti dalam urusan surat menyurat, urusan kartu mahasiswa, KRS, nilai, surat izin dan lain-lain.

3)      Mahasiswa yang memakai kaos oblong, sandal tidak akan mendapat pelayanan administrasi dari karyawan.

4)      Senantiasa menjaga hubungan yang harmonis dengan para karyawan baik di dalam maupun di luar kampus.

d.      Kode Etik hubungan antara mahasiswa dengan Pimpinan STAIMS (Ketua, para Pembantu Ketua dan Ketua Jurusan)

1)      Mengetuk pintu, mengucapkan salam dan duduk dengan sopan apabila sudah diizinkan oleh pimpinan.

2)      Berbicara seperlunya sesuai dengan tujuan menemui pimpinan dan mohon pamit apabila sudah selesai.

3)      Aspirasi dan saran-saran yang baik dari mahasiswa supaya disalurkan melalui organisasi kemahasiswaan yang ada seperti Senat Mahasiswa, sesuai dengan prosedur yang berlaku untuk disampaikan kepada Pimpinan STAIMS.

e.       Kode Etik dalam diskusi ilmiyah

1)      Tidak menganggap hanya pendapatnya sendiri yang paling benar.

2)      Tidak memaksakan pendapat kepada orang lain.

3)      Menghargai pendapat orang lain dengan jalan mendengarkan secara kritis dan mengambil pendapat yang lebih baik.

4)      Tidak menggeneralisasikan suatu perbedaan pendapat dalam suatu masalah kepada maslah-masalah yang lain, sehingga perbedaan pendapat ini seolah-olah meliputi semua masalah, yang dapat menimbulkan perpecahan.

5)      Menghindari melontarkan pendapat yang menyebabkan tidak dapat dikomperomikan.

6)      Senantiasa menjaga ukuah Islamiyah dan rasa kesatuan dan persatuan.

f.       Kode Etik dalam hubungan mahasiswa dengan lingkungan kampus

1)      Memasuki kampus dengan niat beribadah kepada Allah untuk menuntut ilmu sebagai perintah Allah yang pertama dan paling utama.

2)      Menjaga kebersihan lingkungan kampus, tidak mencoret-coret tembok di luar maupun di dalam kamar mandi, hemat memakai air dan tidak merusak tamanan.

3)      Tidak membunyikan klakson atau mengeraskan bunyi mensin kendaraan di kampus dan menempatkan kendaraan di tempat parkir yang telah disediakan.

4)      Memperhatikan semua informasi akademik yang telah diumumkan ditempat-tempat pengumuman dan tidak merusak atau mencoret-coret pengumuman tersebut.

5)      Ikut serta menjaga dan membantu keamanan kampus dan bersama-sama dengan almamater ikut serta menciptakan kondisi yang diliputi oleh rasa damai, sejuk, nyaman dan indah.

6)      Dianjurkan untuk shalat berjamaah di masjid yang telah disediakan untuk mahasiswa.

7)      Menjaga ketertiban dan kerapian ruang kelas, ruang munaqasah, kantor dengan baik, tidak merusak papan tulis dan peralatan lainnya.

8)      Tidak duduk pada tempat yang tidak semestinya (seperti di atas pagar, tangga, jendela dan di atas meja).

9)      Apabila menggunakan kamar mandi, WC, tempat wudhu dan masjid, agar menjaga kebersihan, ketertiban dan kerapian lingkungan.

10)  Turut menjaga dan memelihara keberadaan taman, hiasan bunga di lingkungan kampus.

1.